HIV AIDS



Kesehatan Remaja ( PRS )  1
Konsep Dasar Pendekatan PRS

Apakah HIV/ AIDS itu ?

Kita akan membicarakan tentang HIV/ AIDS, penyakit yang sedang mengancam peradaban
manusia. 
AIDS  (Acquired  Immune  Deficiency  Syndrome)  adalah
kumpulan  gejala  penurunan  kekebalan  tubuh,  sehingga
tubuh  rentan  terhadap  penyakit  lain  yang  mematikan.       
AIDS   disebabkan oleh Virus  (Jasad  Sub Renik)  yang disebut
dengan  HIV.  sedangkan  HIV  (Human  Immunodeficiency
Virus)  itu  sendiri  adalah  Virus  yang  menyerang  sistim
kekebalan  tubuh  manusia  yang  menyebabkan  timbulnya
AIDS.

Orang  yang  terinfeksi  oleh  Virus  ini  tidak  dapat mengatasi  serbuan  infeksi  penyakit  lain
karena  system  kekebalan  tubuhnya  menurun  atau  hilangnya  daya  tahan  tubuh  sehingga
mudah terjangkit penyakit infeksi terus secara drastis

Siapa sajakah yang dapat mengidap HIV/AIDS ?

Setiap  orang,  laki-laki  atau  perempuan,  tua  maupun  muda  dari  negara  manapun  juga,
agama  manapun  juga,  dapat  mengidap  HIV.  Jadi  HIV  dan  AIDS  tidak  terbatas  pada
sekelompok orang, kelamin atau jabatan tertentu

Bagaimana HIV, melemahkan system kekebalan tubuh manusia?

Sasaran penyerangan HIV adalah Sistem Kekebalan Tubuh, terutama adalah sel-sel Limfosit
T4.  Selama  terinfeksi,  limfosit  menjadi  wahana  pengembangbiakan  virus.  Bila  sel-sel
Limfosit T4 -nya mati, Virus akan dengan bebas menyerang sel-sel Limfosit T4 lainnya yang
masih sehat. Akibatnya, daya tahan tubuh menurun. 

Akhirnya sistem kekebalan tak mampu melindungi tubuh, sehingga kuman penyakit  infeksi
lain  (kadang disebut  Infeksi Oportunistik  /  Infeksi Mumpung)  akan masuk  dan menyerang
tubuh  orang  tersebut.  Bahkan  kuman-kuman  lain  yang  jinak  tiba-tiba  menjadi  ganas.
Kumannya  bisa  Virus  lain,  Bakteri,  Mikroba,  Jamur,  maupun  Mikroorganisme  patogen
lainnya. Penderita bisa meninggal karena TBC, Diare, Kanker kulit, Infeksi Jamur, dll.

Bila  seseorang  telah  seropositif  terhadap  HIV,  maka  dalam  tubuhnya  telah  mengandung
HIV. Dalam  jumlah besar HIV  terdapat dalam darah, cairan vagina, air mani  serta produk
darah  lainnya.   Apabila  sedikit darah atau cairan  tubuh  lain dari pengidap HIV berpindah
secara langsung ke tubuh orang lain yang sehat, maka ada kemungkinan orang lain tersebut
tertular  AIDS.  Cara  penularan  yang paling  umum  ialah:  senggama,  transfusi  darah,  jarum
suntik dan kehamilan. Penularan lewat produk darah lain, seperti ludah, kotoran, keringat,
dll. secara teoritis mungkin bisa terjadi, namun resikonya sangat kecil.


Dengan demikian cara-cara penularannya adalah sebagai berikut :

  Penularan lewat senggama :
Pemindahan   yang   paling   umum   dan   paling   sering   terjadi      ialah   melalui   senggama, 
dimana  HIV   dipindahkan   melalui     cairan     sperma     atau      cairan   vagina. Adanya  luka
pada pihak penerima akan memperbesar kemungkinan penularan. Itulah  sebabnya  pelaku
senggama  yang  tidak  wajar  (lewat  dubur  terutama),  yang  cenderung      lebih    mudah
menimbulkan luka,   memiliki  kemungkinan lebih besar  untuk tertular HIV. 
 

Kesehatan Remaja ( PRS )  2
  Penularan lewat transfusi darah :
Jika    darah    yang    ditranfusikan    telah    terinfeksi    oleh    HIV  ,  maka  virus  HIV  akan
ditularkan  kepada  orang  yang  menerima darah, sehingga  orang  itupun  akan terinfeksi
virus HIV. Risiko penularan melalui transfusi darah ini hampir 100 %.

*      Penularan lewat jarum suntik :
Model penularan lain secara teoritis dapat terjadi antara lain melalui : 
  Penggunaan akupunktur (tusuk jarum), tatoo, tindikan.
  Penggunaan  alat  suntik  atau  injeksi  yang  tidak  steril,  sering  dipakai  oleh  para 
pengguna narkoba suntikan, juga suntikan oleh petugas kesehatan liar.

  Penularan lewat kehamilan :
Jika  ibu hamil yang  dalam  tubuhnya  terinfeksi  HIV , maka  HIV dapat  menular ke  janin
yang dikandungnya  melalui darah dengan   melewati plasenta. Risiko penularan  Ibu hamil
ke  janin yang dikandungnya berkisar 20%  -  40%. Risiko  ini mungkin  lebih   besar kalau  ibu
telah menderita  kesakitan AIDS (full blown).


Bagaimana melindungi diri dari penularan AIDS ?

Kita semua, khususnya remaja harus “melindungi diri “ dari AIDS. Karena kalau seorang
remaja tertular HIV, maka keseluruhan cita-cita dan masa depan remaja tersebut hancur
lebur. Secara mudah, perlindungan dari AIDS dilakukan dengan cara ‘ABC’, ialah:

  [A]  : Abstinence) alias PUASA bagi  remaja yang belum menikah.  Jangan dekat-dekat
senggama. Jauhkan diri dari zina. Onani atau masturbasi, merangsang diri sendiri sehingga
puas (orgasmus) sebenarnya kurang baik. Namun resikonya paling kecil. Jadi dalam keadaan
yang  benar-benar  tidak  kuasa  menahan  diri  dan  tidak  mampu  berpuasa,  onani  dapat
dijadikan jalan keluar. Asal jangan menjadi kebiasaan. Jangan terlalu sering.
   
  [B] : Be Faithful alias Setia Pasangan Hidup bagi mereka yang sudah menikah. Hanya
bersenggama  dengan  pasangan  setianya.  Sebagian  besar  satu  suami  dengan  satu  istri.
Dalam  keadaan  khusus  satu  suami  dengan  2-4  istri,  namun  yang  penting  kesetiaan  dari
semua  fihak,  baik  istri maupun  suami.  Di  sinipun,  bila  suami  istri  berpisah  dalam  waktu
lama, onani merupakan jalan keluar sementara yang paling tidak beresiko. 

  [C] Condom alias Kondom   bagi mereka yang berada dalam keadaan-keadaan khusus,
antara lain ialah para suami atau remaja yang tidak kuat puasa atau setia (atau onani), dan
masih  terdorong  melakukan  zina.  Pemakaian  kondom  akan  melindungi  mereka  dari
penularan PHS dan AIDS, dan melindungi  istri atau pacar mereka dari penularan penyakit.
Bagi para pelacur, patut ditumbuhkan motivasi memakaikan kondom pada pasangan kencan
mereka. 

Dalam keadaan darurat, misalnya pasangan suami-istri di mana salah satu menderita PHS,
juga AIDS, pemakaian kondom amat dianjurkan untuk mencegah penularan AIDS lebih lanjut
kepada  pasangannya.  Yang penting dalam pemakaian  kondom  ialah  (sambil  dipraktekkan)
melindungi  keseluruhan  penis  dan  dipakai  sepanjang  proses  senggama  untuk menghindari
sentuhan antara penis dan vagina.

Tambahan perlindungan yang sangat penting ialah:

  Hindari  transfusi,  dengan  selalu  berhati-hati.  Bila  terpaksa ditransfusi, yakinkan
bahwa  darah  yang   ditransfusi  adalah  darah   yang   telah   diperiksa    oleh Unit
Kesehatan    Transfusi    Darah      (UKTD) PMI    sebagai   darah  bebas HIV  (juga  bebas
hepatitis, malaria dan sifilis). 

Kesehatan Remaja ( PRS )  3

  Hindari  suntik-menyuntik.  Sebagian  besar  obat  sama atau lebih efektif diminum
daripada disuntikkan. Bila  terpaksa disuntik, yakinkah  jarum dan  tabung  suntiknya
baru dan belum dipakai untuk orang lain.
  Berhati-hatilah    dalam menolong  orang  luka  dan  berdarah. Gunakan prosedur  P3K
yang baku dan aman.
  Bila ada sesuatu tanda atau gejala yang meragukan, secepatnya periksa ke dokter.


Mengetahui Kesehatan Reproduksi

Tuhan menciptakan Pria dan wanita dengan kelamin yang berbeda, tidak lain adalah untuk
melaksanakan  tugas  reproduksi.  Dalam  tugas  reproduksi  ini  dalam  rangka  memelihara
kelangsungan  hidup  manusia  di  bumi  untuk  membawa  rahmat  dan  kesejahteraan.  Oleh
karena  itu,  menjadi  kewajiban  kita  untuk  memelihara  dan  menjaga  kesehatan  alat
reproduksi kita masing-masing.

Fungsi Reproduksi :

Reproduksi merupakan  kemampuan  seseorang  yang berfungsi  untuk  berketurunan  sebagai
bagian dari upaya pelestarian kehidupan manusia sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha
Kuasa. Untuk tujuan mulia itu manusia diberi alat-alat reproduksi.


Bagaimanakah alat dan fungsi Reproduksi pada Pria ?

Alat reproduksi pria terdiri atas bagian dalam maupun bagian
luar.  Alat  reproduksi  bagian  luar  terdiri  atas  :  (1).  Buah
zakar  (Penis)  dan  (2).  Skrotum  (Kantung  buah  pelir).
Sedangkan  alat    reproduksi bagian  dalam  terdiri  atas  :  (3).
Sepasang  Buah Pelir  (Testis),  (4).  Saluran    reproduksi    (Vas
Deferens),   (5).  Kelenjar kelamin, (6). Saluran kemih penis
(Uretra  Penis).  Uretra  Penis  merupakan  saluran  kemih
sekaligus  saluran  ejakulasi  berupa  muara  terusan  dari  Saluran  Reproduksi  (Vas
Deferens),  (7).  Kandung  Kemih  (Vesika  Urinaria),  Kandung  Mani  (Vesika  Seminalis).
Pertemuan muara  saluran  tersebut  tepat  pada  sekitar  daerah  Kelenjar  Postrat.  Buah
pelir  (Biji  kemaluan)  ini  berfungsi  untuk menghasilkan  sel  kelamin  pria  (sperma)  dan
hormon testosteron. Kelenjar kelamin menghasilkan getah kelamin. Sperma dan getah
kelamin  tersebut  dinamakan  Air  Mani  yang  disimpan  dalam  kantung  mani  dan
dipancarkan keluar melalui uretra penis (saluran kemih di penis).


Bagaimanakah alat dan fungsi Reproduksi pada Wanita?

Alat  dan  fungsi  reproduksi  wanita  terdiri  atas  bagian  dalam
dan bagian luar. Alat reproduksi bagian luar terdiri atas : (1).
Celah Luar (Vulva), (2). Sepasang Bibir Besar (Labium Mayora)
dan  (3). Bibir Kecil  (Labium Minora) yang  terdapat disebelah
kanan  kiri  Vulva.  Di  sebelah  dalam  dari  Vulva  terdapat  (4).
Kelentit  (Clitoris),  semacam  Penis  pada  pria  yang  tumbuh
mengecil,  namun  sangat  peka  karena  penuh  urat  syaraf.  Ke
Vulva  ini  bermuara  dua  saluran,  yaitu  (5). Saluran  Kemih  dan (6). Liang Senggama
(Vagina).  Didalam  vagina  (tepatnya dimulut  vagina)  terdapat  adanya  (7).  Selaput  dara
(Hymen).  Alat  reproduksi  bagian  dalam      terdiri    atas:  (8).  Sepasang  Indung  Telur
(Ovarium), (9). Sepasang Saluran Reproduksi (Tuba Fallopi), serta (10). Rahim (Uterus).
Di dalam Ovarium terdapat gelembung folikel penghasil  sel telur (ovum). Setiap bulan,
salah  satu  (kadang  lebih)  ovum  akan masak  dan  diovulasikan  keluar  menuju  ke  Tuba 

Kesehatan Remaja ( PRS )  4
Fallopi. Buah dada  juga disebut alat  reproduksi, karena disiapkan untuk menyusui bayi
hasil  kelahiran.  Keseluruhan  alat  reproduksi,  termasuk  buah  dada,  dan  daerah-raerah
sekitarnya sangat sensitif dan mudah dirangsang. Kadang disebut daerah erotik.


Apakah Infeksi Menular Seksual (IMS)

Berbagai  jenis  Infeksi  menular  seksual  (IMS)  serta  HIV/  AIDS  sangat  berpengaruh
pada  tingkat  kesehtan  seseorang  pada  umumnya  dan  kondisi  kesehatan  reproduksi  pada
khususnya  karena  pada  umunya  berbagai  penyakit  IMS  dan  HIV/AIDS  berkaitan  langsung
dengan system reproduksi manusia.

Infeksi  Menular  Seksual  adalah  penyakit  yang  ditularkan  melalui  hubungan  seksual.  IMS
akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik
melalui vagina, oral maupun anal.

IMS perlu mendapat perhatian, karena IMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang
harus  dianggap  serius.  Bila  tidak  diobati  secara  tepat,  infeksi  dapat  menjalar  dan
menyebabkan  penderitaan,  sakit  berkepanjangan,  kemandulan  dan  kematian.  Untuk
remaja  perempuan,  perlu  disadari  bahwa  resiko  untuk  terkena  IMS  lebih  besar  daripada
laki-laki sebab alat reproduksinya  lebih rentan. Dan seringkali berakibat  lebih para karena
gejala awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah.


Apakah Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) yang umum terjadi di Indonesia? 

1. GO (GONOROE)  ATAU KENCING NANAH
Penyebab: kuman gonokokus.
Masa tunas: 1-5 hari.
Tanda/gejala:  - Mulai rasa gatal pada penis, 
                       - keluar nanah, akhirnya penis bisa hancur.
Pada wanita sering tanpa gejala. Bila gawat, radang kelenjar di Labia Mayor.
Bayi lahir bisa buta bila ketularan.
Pengobatan: penisilin dan antibiotika lain, bisa sembuh dengan sempurna.

2.  SIFILIS (RAJA SINGA)
Penyebab: Treponema pallidum
Masa tunas: 2-4 minggu
    Tanda/gejala:  tahap-1 : luka di kemaluan, hilang dalam beberapa hari
                           tahap-2 : demam, sakit kelenjar  
                           tahap-3  :  (beberapa  tahun)  benjolan  di  kulit,  pelunakan  tulang,
kerusakan syaraf dan otot (jalan seperti ayam jantan).
Pengobatan: penisilin dan antibiotika lain; pengobatan dini berhasil baik, bila  
terlambat, tak bisa sembuh.

3.  AIDS : dibahas dalam Modul yg terpisah.

4. Infeksi Menular Seksual (IMS) Lain (umumnya tidak terlalu berbahaya).
*   Ulkus Molle: disebabkan kuman hemofilus,  banyak  benjolan merah  dan sakit  di
sekitar kemaluan.
*   Limfogranuloma  Venereum:  disebabkan  virus,  berupa  benjolan  kecil  di  sekitar
kemaluan, mudah pecah, mudah menyebar ke mana-mana.
*   Herpes  Genitalis:  disebabkan  Virus  Herpes,  berupa  gelembung  berair  di  sekitar
kemaluan, mudah ditulari penyakit lain yang bisa menjadi berbahaya.
*   Kondiloma  Akuminata  :  disebabkan  virus, menimbulkan  banyak  kutil  di    sekitar
kemaluan.
*   Kandidiasis genetalis : disebabkan oleh jamur Candida albicans pada alat  

Kesehatan Remaja ( PRS )  5
    kelamin
*  Trikomoniasis  :  disebabkan  oleh  parasit  Trichomonas  vaginalis  dan  menyerang
saluran kemih   

Kebijakan PMI bidang HIV/AIDS 
  Pada  saat  Musyawarah  Nasional  XVIII  PMI  yang  dilaksanakan  Akhir  tahun  2004
telah menyusun Pokok-pokok Kebijakan dan Rencana Strategis PMI 2004  – 2009, yang
merupakan pengejawantahan kebijakan konseptual atas kesamaan persepsi, gerak dan
langkah PMI untuk perubahan dan kemajuan positif dimasa mendatang. Dengan hasil
antara lain, Bidang Pelayanan Kesehatan dan Sosial  dengan ruang lingkup kebijakan
Bidang Penanganan HIV/ AIDS.

a.  Melakukan advokasi program PMI di bidang HIV/AIDS dan Napza untuk internal PMI dan
juga untuk eksternal PMI
b.  Mendukung kampanye nasional dan internasional terhadap anti stigma dan diskriminasi
c.  Mempromosikan tiga (3) pilar pendekatan (pencegahan, anti stigma dan diskriminasi,
perawatan dan dukungan) dalam program HIV/ AIDS PMI


Tiga Pilar dan GIPA principle penanggulangan bidang HIV/ AIDS 

Sesuai dengan kebijakan di lingkungan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, maka kegiatan-
kegiatan di seputar penanggulangan HIV/AIDS mengacu pada tiga pilar, meliputi : 
1.  Pencegahan (Prevention)
2.  Perawatan dan Dukunga (Care and Support)
3.  Anti stigma dan diskriminasi (Non stigma and discrimination)

Dalam  pelaksanaan  kegiatan-kegiatan  ketiga  pilar  tersebut  kita  mengenal  istilah  GIPA
Principle  (Greter  Involvement  of  People  with  AIDS),  adalah  suatu  prinsip/  asas  yang
menganjurkan  keterlibatan  ODHA  secara  lebih  besar.  GIPA  di  deklarasikan  dalam  KTT
tentang  AIDS  di  Paris  1994  dimana  Indonesia  termasuk  Negara  yang  menanda  tangani
deklarasi tersebut.

  Kegiatan di bidang HIV/AIDS

1.  Preventif (Pencegahan)
Meliputi kegiatan:
a.  Advokasi
  terhadap Penguru dan staf PMI, Pemda, Sekolah dan Tokoh masyarakat
b.  Sosialisasi/ promosi (KIE),
dilingkungan sekolah/ kampus, pusat keramaian, High risk Group, Radio dan media
cetak
c.  Jejaring,
   Koordinasi (stakeholder, NGO’s), Kerjasama (Pemko, NGO’s, Lembaga Donor)
d.  Community Intervention
e.  Behavioral Change Comunication
f.  Pendidikan Sebaya 

2.  Perawatan dan dukungan (Care and Support)
Meliputi kegiatan:
a.  Information Center
b.  Hotline HIV/AIDS
c.  Home Base Care
d.  Counseling Pre dan Post Donor 

Kesehatan Remaja ( PRS )  6
e.  Rujukan Odha ke rumah sakit
f.  Support Odha di RS
g.  Penyediaan Darah dan produk darah Aman HIV (Screening)

3.  Anti Stigma dan diskriminasi terhadap Odha
Meliputi kegiatan: 
a.  Menyelenggarakan lomba-lomba yang melibatkan Odha sebagai OC dan masyarakat
umum sebagai sasaran
b.  Memberdayakan Odha sebagai relawan PMI 
c.  Menghadirkan Odha dan Ohida pada acara dukungan terhadap Odha dan
Penyuluhan-penyuluhan HIV/AIDS
d.  Pemasangan Banner seruan-seruan PMI Peduli HIV dan anti stigma & diskriminasi
terhadap Odha (Banner, kartu pos, kartu ucapan)
e.  Malam renungan Aids
f.  Aids Walk PMI Peduli Aids
g.  Conser music Peduli Odha


















 
Read more...

Leadership


Kepemimpinan
KEPEMIMPINAN

Pendahuluan
  Dalam setiap kelompok, group atau organisasi, kepemimpinan merupakan  salah satu
factor  yang  penting.  Kepemimpinan  yang  ada  akan  mempengaruhi  kelompok  di  dalam
mencapai  tujuan.  Cara  seseorang  memimpin  dapat  membawa  kelompok  atau  organisasi
tersebut  ke  arah  keberhasilan  atau  ketidakberhasilandalam  mencapai  tujuan  yang  telah
ditetapkan.

  Beberapa pengertian dalam kepemimpinan :

1.  Pemimpin  adalah  seorang  yang  dapat    mempengaruhi  kelompok  yang  dipimpinnya
untuk  mengerahkan  usaha  bersama  guna  mencapai  sasaran  atau  tujuan  yang  telah
ditentukan.
2.  Ketua  adalah  seorang  yang  dituaikan  dalam  kelompok  untuk  mewakili  dan
bertanggungjawab atas kelompoknya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.  Kepala  adalah  seorang  yang mengepalai  suatu  kelompok  atau  unit  untuk memimpin
kelompok/unit mencapai tujuan.
4.  Kepemimpinan  adalah  proses  menggerakkan  dan  mempengaruhi  orang  lain  untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka kepemimpinan berkaitan dengan :

1.  Keterlibatan orang lain atau sekelompok orang dalam kegaitan mencapai tujuan.
2.  Terdapat  faktor  tertentu  yang  ada  pada  pemimpin  sehingga  orang  lain  bersedia
digerakkan atau dipengaruhi untuk mencapai tujuan.
3.  Adanya  usaha  bersama  serta  pengerahan  berbagai  sumber  daya,  baik  tenaga, dana,
waktu dan lain sebagainya.

  Melihat pada hal – hal diatas, maka dapat dikatakan hakekat kepemimpinan adalah
sebagai berikut :

1.  Kepemimpinan  adalah  kepribadian  seseorang  yang  menyebabkan  sekelompok  orang
lain  mencontoh  atau  mengikutinya.  Kepemimpinan  adalah  kepribadian  yang
memancarkan  pengaruh,  wibawa  sedemikian  rupa  sehingga  sekelompok  orang  mau
melakukan apa yang dikehendakinya.
2.  Kepemimpinan  adalah  seni,  kesanggupan  atau  teknik  untuk  membuat  sekelompok
orang mengikuti atau mentaati apa yang dikehendaki, membuat mereka antusias atau
bersemangat untuk mengikutinya, dan bahkan sanggup berkorban.
3.  Kepemimpinan merupakan penyebab kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah
pandangan  atau  sikap  sekelompok  orang,  baik  dalam  organisasi  formal  maupun
informal.
4.  Kepemimpinan adalah memprodusir dan memancarkan pengaruh terhadap sekelompok
orang sehingga bersedia untuk mengubah pikiran, pandangan, sikap, kepercayaan dan
sebagainya. Kepemimpinan di dalam  organisasi  formal merupakan  suatu proses  yang
terus menerus, yang membuat semua anggota organisasi giat dan berusaha memahami
dan mencapai tujuan – tujuan yang dikehendaki oleh pemimpin.
5.  Kepemimpinan  adalah  suatu  bentu  persuasi,  suatu  seni membina  sekelompok  orang
melalui ”human relation” dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa rasa takut mereka
mau bekerja sama, memahami dan mencapai tujuan organisasi.
6.  Kepemimpinan adalah suatu sarana, alat atau instrument untuk membuat sekelompok
orang  mau  bekerja  sama,  berdaya  upaya,  mentaai  segala  sesuatu  untuk  mencapai
tujuan yang ditentukan.
 
Kepemimpinan
Tugas  pokok  kepemimpinan  yang  berupa  mengantarkan,  mempelopori,  memberi
petunjuk, mendidik, membimbing dan  lain sebagainya agar para bawahan mengikuti  jejak
pemimpin mencapai  tujuan organisasi hanya dapat dilaksanakan  secara baik, bila  seorang
pemimpin menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.

Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah :

1.  Fungsi  perencanaan  ;  seorang  pemimpin  perlu  membuat  perencanaan  yang
menyeluruh  bagi  organisasi  dan  diri  sendiri  selaku  penanggungjawab  tercapainya
tujuan organisasi.
2.  Fungsi  memandang  ke  depan  ;  seorang  pemimpin    yang  senantiasa  memandang  ke
depan berarti  akan mampu meneropong  apa  yang  akan  terjadi  serta  selalu waspada
terhadap segala kemungkinan.
3.  Fungsi  pengembangan  loyalitas  ;  pengembangan  kesetiaan  ini  tidak  saja  diantara
pengikut,  tetapi  juga  untuk  para  pemimpin  tingkat  rencdah  dan  menengah  dalam
organisasi.
4.  Fungsi  pengawasan  ;  pengawasan  merupakan  fungsi  pemimpin  untuk  senantiasa
meneliti kemajuan pelaksanaan rencana.
5.  Fungsi  mengambil  keputusan  ;  pengambilan  keputusan  merupakan  fungsi
kepemimpinan  yang  tidak mudah  dilakukan.  Oleh  sebab  itu  banyak  pemimpin  yang
menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang tidak
berani mengambil keputusan.
6.  Fungsi  pemeliharaan  ;  fungsi  ini mengupayakan  kepuasan  bathin  bagi  pemeliharaan
dan pengembangan kelompok untuk kelangsungannya.
  Seorang  pemimpin  perlu  selalu  bersikap  penuh  perhatian  terhadap  anak  buahnya.
Pemimpin  harus  dapat memberi  semangat, membesarkan  hati, mempengaruhi  anak
buahnya agar  rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi.
Pemimpin  juga  perlu  memberikan  penghargaan,  pujian,  hadiah  dan  semacamnya
kepada anak buah yang berprestasi, untuk menjalankan fungsi ini.
7.  Fungsi  menjalankan  tugas  ;  pemimpin  harus  konsisten  menjalankan  tugas  dan
tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Tipe kepemimpinan:

  Kepemimpinan diktatoris ; Memimpin dengan cara menggertak, menguasai.
  Kepemimpinan otokratis ; Pemusatan otoritas dan pengambilan keputusan pada
pimpnan.
  Kepemimpinan  demokratis  ;  Berdasarkan  pada  desentralisasi  kekuasaan  dan
pengambilan keputusan.
  Kepemimpinan laisez-faire ; Membiarkan kelompoknya menetapkan tujuan dan
keputusannya

Tipe yang manakah kita? 
Apakah kita boleh memilih tipe kepemimpinan?

Untuk  mengembangkan  atau  memilih  tipe  kepemimpinan  yang  efektif,  maka  pahamilah
bagaimana  orang  lain  memandang  gaya  kepemimpinan  kita  sekarang.  Bertanyalah  pada
orang-orang  yang  pernah  bekerja  sama  dengan  kita,  bagaimana  tindakan  kita  sebagai
seorang pemimpin.  

Apakah kita dapat menjadi pemimpin yang baik?

Setiap orang dapat menjadi pemimpin yang baik. Hanya diperlukan sedikit kegigihan untuk
belajar.  Yang  pasti  kita  harus  mempunyai  rasa  percaya  diri  dan  memberikan  komitmen 
Kepemimpinan
untuk  membuat  perubahan  untuk  pengembangan  organisasi.  Tidak  harus  menunggu  kita
ditugaskan  memimpin  program  yang  besar.  Bahkan  projek  atau  kegiatan  kecilpun  dapat
menjadi  sarana  untuk  belajar  menjadi  pemimpin  yang  baik,  misalnya  ketika  menjadi
koordinator  kegiatan  bulanan  pelayanan  perawatan  keluarga  di  panti  jompo,  memimpin
rapat, menjadi pelatih, menjadi koordinator buletin PMI.


   

KOMUNIKASI



Komunikasi akan  efektif jika informasi telah diserap dan dipahami
oleh pendengar  yang ditargetkan
Siklus komunikasi


Apakah seorang pemimpin perlu mendengarkan???
Mendengarkan  sama  pentingnya  dengan  berbicara  karena  dengan  mendengarkan,  kita
berkomunikasi dengan lengkap untuk mencapai pemahaman yang sama
Tipe pendengar:
  Apresiator  ;  Memperhatikan  semua  informasi  dan  berpikir
mengenai  butir  yang  dapat  ditambahkan.  Tipe  ini  sangat
menikmati suasana interaktif, dan mungkin akan melewatkan hal
penting jika mereka tidak benar-benar terlibat
  Pemberi  empati  ;  Mendengarkan  semua  hal,  dan  mencoba
mengenali  situasi  yang pernah dialaminya,  yang mendukung hal
yang  dikemukakan  si  pembicara.  Tipe  ini  kadang  tidak
memahami isi komunikasi jika terlalu memperhatikan aspek lain dari komunikasi 
  Orang  yang  memahami  (comprehender)  ;  Mengorganisasikan  dan  memahami  pesan
yang  disampaikan  dengan  akal  sehat.  Suka  menghubungkan  antar  pengalaman,  serta
berusaha  menemukan  dan  memahami  hubungan  antar  ide.  Namun  sering  tidak
menangkap semua pesan yang tidak diucapkan atau tersembunyi.
  Orang  yang membedakan  (discerner)  ; Menyerap  semua  informasi  yang disampaikan.
Ingin memperoleh  informasi  yang  lengkap  dan  akurat, menetapkan  pesan  utama,  dan
memilah-milah apa yang dianggapnya  rincian penting. Setiap potong  informasi dengan
seksama  ditimbang  dan  diukur  keakuratannya,  keabsahan,  dan  isinya.  Tipe  ini  akan
kehilangan beberapa informasi penting jika semua informasi diproses.
  Evaluator    ;  Ingin  mengetahui  seberapa  besar  kecocokan  informasi  yang  diberikan
dengan gambaran kegiatan secara keseluruhan. Sering meragukan motif pembicara, dan
Mengirim
pesan
Pendengar
paham
Verifikasi
pemahaman
Seorang pemimpin adalah orang yang memberi inspirasi, membujuk,
mempengaruhi, dan memotivasi orang lain 
Kepemimpinan
akan  menerima  atau  menolak  pesan  berdasarkan  keyakinan  pribadi.  Akan  membuat
keputusan berdasarkan informasi yang disediakan.

Bagaimana relawan berkomunikasi???

  Satukan semua tipe pendengar untuk benar-benar menerima pesan yang utuh.
  Berkomunikasilah disemua  tingkatan. Berbicara dan dengarkan  ide-ide: pengurus, staf,
antar relawan, masyarakat, organsasi lain
  Memandang sesuatu dari sudut pandang baru
  Berwawasan luas
  Antusias
  Tidak pernah membicarakan diri sendiri
  Sangat ingin tahu untuk kemajuan organisasi
  Mempunyai selera humor
  Mempunyai gaya bicara sendiri






Menu motivasi:
  Penguatan positif
Memberikan hadiah atau pujian akan efektif jika diikatkan pada keberhasilan
melaksanakan kegiatan
  Bergabung dalam tantangan
Memberi tantangan pada situasi baru dan berbeda akan menumbuhkan kreatifitas
  Pemecahan masalah kreatif
Memberi kesempatan pada tim untuk memecahkan masalah secara kreatif akan
memotivasi anggota tim menyelesaikan masalah dengan rasa tanggung jawab 
  Pelatihan/pembimbingan
Untuk membantu anggota tim menemukan kekuatan dan strategi yang mendukung tugas

Tim yang sukses
  Tentukan tujuan tim
  Komitmen
  Kepercayaan
  Berikan waktu bagi tim untuk
berkembang
  Rasa memiliki tim dan kegiatan
  Tentukan ketrampilan yang dimiliki  dan
dibutuhkan
  Saling memberikan dukungan,
pengakuan, penghargaan terhadap
keberhasilan, tapi beri bimbingan dan
belajar dari kegagalan
Motivasi  adalah seni membuat orang
melakukan apa yang Anda ingin mereka
lakukan karena mereka ingin melakukannya

Dwight D. Eisenhower, Presiden AS 1953 – 1961 
Kerja
Sama
Tim!!! 
Kepemimpinan






















































Setiap individu anggota tim adalah UNIK. Kepribadian dan ketrampilan tiap
anggota akan menentukan siapa memerankan apa dalam tim.
Pemandu sorak
Selalu ada untuk memompa semangat, memotivasi. Selalu mencoba
memberikan yang positif, dan menghilangkan hal-hal negatif
 
Pendebat ulung
Tampak suka berdebat, tetapi sebenarnya hanya ingin sampai kepada inti
masalah dan menemukan solusi terbaik. Tipe ini memfokuskan pada akar
masalah dan mencari pertanggungjawaban dalam segala situasi

Perenung
Membawa kreatifitas, dan memberi semangat anggota lain untuk “berpikir
diluar kotak”. Membawa banyak ide kedalam tim, dan akan menyerahkan
kepada orang lain untuk membantu memutuskan mengenai cara menerapkan
rencana baru

Konselor
Membawa pengetahuan yang secara langsung dialami dan diamatinya, serta
menyediakan pemahaman unik untuk pemecahan masalah. Ide setiap orang
mempunyai nilai bagi konselor, yang ingin memastikan setiap orang
merupakan bagian dari usaha mengembangkan penyelesaian

Fasilitator 
Mengetahui cara menyelesaikan tugas. Organisasi dan delegasi merupakan
kekuatan dari fasilitator. Mempunyai kecenderungan menjadi suka memaksa
dan mencoba memegang kendali tim sepenuhnya

Setiap karakter memberikan kontribusi penting untuk keberhasilan tim
Waspada perusak tim!!!
Kecemburuan
Saling mengejek
Menganggap yang paling berjasa,
pandai
Kurang percaya diri
Konflik
Kamu
menyebalkan!! 
Kepemimpinan
Pertentangan kekuatan yang menimbulkan ketegangan disebut konflik. Terjadi ketika dua
pihak  atau  lebih  mencari  tujuan,  nilai  yang  saling  bertentangan.  Masing-masing  pihak
percaya bahwa apa yang diinginkannya tidak cocok dengan keinginan pihak lain.

Terlalu  sedikit  konflik  mungkin  membuat  kita  berpuas  diri.  Tetapi,  konflik  yang  terus-
menerus akan merusak, mengganggu konsentrasi, dan menghambat kemajuan 
Konflik yang tidak perlu
  Ketika individu mempunyai persepsi yang berbeda
  Perasaan bermusuhan yang muncul secara tidak terduga
  Perasaan negatif seperti gelisah, stress, atau marah
  Komunikasi yang tidak jelas seperti salah pengertian, kurang informasi
  Ketidaksepemahaman  yang  disebabkan  oleh  persepsi  yang  berbeda  dan  sikap  seperti
prasangka, menolak perubahan

Konflik yang dapat diselesaikan
Terjadi ketika sudut pandang dua  individu didasarkan pada kebutuhan, sasaran, nilai-nilai,
atau kepentingan yang berlawanann. Contohnya adalah ketika 2 orang relawan dari bidang
yang  berbeda  (misal:  distribusi  bantuan  dan  pendataan)  mempunyai  pandangan  yang
berbeda  mengenai  sumber  dari  masalah.  Masing-masing  percaya  bahwa  pihak  yang  lain
bertanggung jawab atas masalah tersebut. 

Resep mengatasi konflik
Anjuran  Pantangan 
 Tunjukkan simpati    Mengabaikan perasaan atau keprihatinan
pihak lain
 Hadapi masalah sejak awal   Memelihara pertentangan dalam diri
sendiri
 Komunikasikan secara jelas,
mendengarkan aktif
 Berhenti berdebat hanya untuk
menghindari pertentangan lebih lanjut
 Terbukalah terhadap saran   Meremehkan
 Cobalah untuk melakukan kompromi   Menyetujui sesuatu yang belum lengkap
informasinya
 Tetap tidak memihak   Memberikan saran tanpa diminta
 Tahan godaan untuk tidak berdebat   Bersikap defensif atau menyerang balik
 Perlakukan orang lain dengan hormat  
  









Bukan pada jenis mana yang lebih baik, tetapi yang
terpenting adalah mengenali gaya pengambilan
keputusan yang diperlukan untuk setiap situasi.
Beberapa pedoman untuk pengambilan keputusan:
  Jika komitmen untuk melaksanakan keputusan
itu adalah penting, maka lebih baik
berkonsultasi dengan anggota tim sebelum
mengambil keputusan
Pengambilan keputusan sepihak, individual, dan otoritarian
mengacu pada satu orang yang mengambil keputusan tanpa
menggunakan masukan dari orang lain. Sebaliknya pengambilan
keputusan kelompok, partisipatif, dan konsensus semuanya
mengacu pada penerimaan masukan dari anggota kelompok sebelum
mengambil keputusan. Mana yang lebih baik???  
Kepemimpinan
  Ketika kreatifitas adalah hal penting untuk pemecahan masalah, maka lebih baik
melibatkan orang-orang dari berbagai bidang keahlian, sehingga ide-ide kreatif dapat
memberikan alternatif solusi yang bermanfaat
  Secara umum, keputusan penting lebih baik diambil dengan pendekatan kelompok
  Jika diperlukan keputusan strategis dan kebanyakan anggota kelompok tidak memahami
garis besarnya, lebih baik menggunakan keputusan independen dari pemimpin. Ada
baiknya mengumpulkan sedikit sudut pandang tetapi tidak mencari konsensus
  Jika sebuah isu bersifat sangat politis dan sulit mencari sudut pandang yang netral dari
anggota tim, pemimpin mungkin lebih baik mengambil keputusan sendiri
  Ketika waktu sangat mendesak, biasanya lebih baik menggunakan keputusan sepihak.
Jika diperlukan masukan dari orang lain, gunakan pengambilan keputusan partisipatif
dengan batas waktu ketat, misal rapat 2 jam


Peran relawan PMI dalam kepemimpinan

Salah  satu  cara membangun  kepemimpinan  kita  saat  ini  adalah menjadi  sukarelawan.  Ini
adalah peluang yang baik sekali untuk mempertajam ketrampilan yang diperlukan sebagai
seorang  pemimpin,  memperoleh  ketrampilan  baru,  atau  belajar  lebih  banyak  mengenai
masyarakat.

8. Lakukan
evaluasi
hasil
7. Buat
kontrak dan
komitmen
6. Buat
rencana
pelaksanaan
5. Pilih satu
atau lebih
alternatif
yang baik
4. Mencari
solusi
altenatif
3. Analisa
sebabnya
2. Klarifikasi
persoalan
1. Identifkasi
masalah
Tahap
pemecahan
masalah dan
pengambilan
keputusan 
Kepemimpinan
Relawan PMI dalam kepemimpinan kepalangmerahan

1.  Berikan komitmen
2.  Pimpin kegiatan/proyek/program lewat jalan sederhana 
  Bila belum  ada  sistem pendataan,  tawarkan  keahlian Anda  untuk membuat  sistem
pendataan yang sederhana
  Jika  ruangan  kantor  suram  dan  berantakan,  kerahkan  kelompok  kecil  untuk
mendesain ruangan
3.  Membangun jaringan kerja sama untuk pengembangan organisasi

 








 
Read more...

Manajemen Bencana

MANAJEMEN BENCANA


PENGANTAR MANAJEMEN BENCANA

Disasters  (bencana)  :  kerusakan  yang  serius  akibat  fenomena  alam  luar  biasa  dan/atau  disebabkan  oleh  ulah manusia
yang menyebabkan  timbulnya  korban  jiwa,  kerugian material  dan  kerusakan  lingkungan  yang  dampaknya melampaui
kemampuan masyarakat setempat untuk mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari  luar.   Disaster  terdiri dari 2(dua)
komponen yaitu Hazard dan Vulnerability;

Hazards  :  fenomena  alam  yang  luar  biasa  yang  berpotensi merusak  atau mengancam  kehidupan manusia,  kehilangan
harta-benda, kehilangan mata pencaharian, kerusakan  lingkungan.   Misal  :    tanah  longsor, banjir, gempa-bumi,  letusan
gunung api, kebakaran dll;

Vulnerability     (kerentanan)  :  keadaan  atau  kondisi  yang  dapat  mengurangi  kemampuan  masyarakat  untuk
mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya atau ancaman bencana;

Risk  (resiko) : kemungkinan dampak yang merugikan yang diakibatkan oleh hazard dan/atau vulnerability.

JENIS ANCAMAN
Gempa Bumi
Gejala
Bergesernya kristal batuan disepanjang daerah yang rapuh dan saling bertabrakan;
Karakteristik umum 
Bergetarnya bumi akibat gelombang dan dibawah permukaan bumi karena: 
 Permukaan yang bergeser    - Getaran
 Hentakan         - Mencairnya es
 Tsunami        - Tanah Longsor

Letusan Gunung Berapi
Gejala
Bahan dasar letusan gunung berapi adalah magma dan akumulasi tekanan gas yang meningkat mengakibatkan terjadinya
semburan magma, yang disebut sebagai letusan.   
Karakteristik umum 
 Hujan abu  - Lahar
 Arus pyroclastic/awan panas   - Gas
 Aliran lumpur atau puing  - Tsunami

Tanah Longsor
Gejala
Miring/longsornya  tanah  dan  batuan  akibat  getaran,  perubahan  arah  air,  beban  yang  berlebihan,  cuaca,  bergesernya
penopang, komposisi aliran air, rapuhan, berkurangnya unsur pengikat tanah, dan lereng buatan manusia. 
Karakteristik umum
  Jenis  gerakan  tanah  longsor bervariasi:    jatuh,  longsor,  robohnya penopang bumi, dan mungkin  juga karena badai,
gempa bumi, dan letusan gunung berapi.
  Lebih luas daripada gejala alam lainnya

Banjir 
Gejala
 Secara  alamiah  terjadi  secara  cepat,  di  daerah  sungai  atau  pantai  karena  hujan  yang  terus  menerus  atau  bersifat
musiman.
 Ulah manusia dalam hal pemanfaatan lahan dan penampungan air.
Karakteristik umum
 Faktor  yang mempengaruhi  tingkat  bahaya  –  kedalaman  air,  durasi,  kecepatan  air,  rata-rata  kenaikan  air,  frekuensi
kejadian, cuaca
 Banjir bandang – bendungan rusak, hujan yang tidak berhenti, hujan lebat secara tiba-tiba 
 Banjir sungai – lambat, dan biasanya musiman 
 Banjir pantai – berhubungan dengan angin tropis, gelombang tsunami, dan badai 
 Kekeringan
Gejala
 Sebab utama – kurangnya curah hujan
 Sebab  lain – El Nino  (serangan air permukaan panas ke air yang  lebih dingin di Pasifik  timur); makhluk hidup dapat
menyebabkan perubahan pada permukaan tanah.   
Karakteristik umum
 Air dan kelembaban akan berkurang 
 Kekeringan secara meteorologi – curah hujan dibawah harapan (kurang), dalam  jangka waktu yang  lama dan wilayah
yang luas.
 Kekeringan  hidrologi  –  terjadi  karena  defisit  air  pada  permukaan  (kondisi  dibawah  normal)  atau  frekuensi  air  tanah
yang kurang.
 Kekeringan  agrikultur  –  terjadi karena  kurangnya  frekuensi dan  sebaran  hujan, penyerapan  serta penguapan  air yang
menyebabkan rusak/berkurangnya lahan pertanian atau peternakan 

SIKLUS BENCANA DAN PHASE-PHASE DALAM MANAJEMEN BENCANA



Tanggap  Darurat  Bencana   Serangkaian  tindakan  yang  diambil  secara  cepat  menyusul  terjadinya  suatu  peristiwa
bencana,  termasuk penilaian  kerusakan,  kebutuhan  (damage  and needs  assessment), penyaluran bantuan darurat,  upaya
pertolongan, dan pembersihan lokasi bencana;

Tujuan :
  Menyelamatkan kelangsungan kehidupan manusia;
  Mengurangi penderitaan korban bencana;
  Meminimalkan kerugian material;

Rehabilitasi : Serangkaian kegiatan yang dapat membantu korban bencana untuk kembali pada kehidupan normal yang
kemudian  diintegrasikan  kembali  pada  fungsi-fungsi  yang  ada  di  dalam  masyarakat.    Termasuk  didalamnya  adalah
penanganan  korban  bencana  yang mengalami  Trauma  Psychologis. Misalnya  :  renovasi  atau  perbaikan  sarana-sarana
umum, perumahan dan tempat penampungan sampai dengan penyediaan lapangan kegiatan untuk memulai hidup baru;

Rekonstruksi  :  Serangkaian  kegiatan  untuk  mengembalikan  situasi  seperti  sebelum  terjadinya  bencana,  termasuk
pembangunan  infrastruktur,  menghidupkan  akses  sumber-sumber  ekonomi,  perbaikan  lingkungan,  pemberdayaan
masyarakat;

Berorientasi  pada  pembangunan  -  tujuan  : mengurangi  dampak  bencana,  dan  di  lain  sisi memberikan manfaat  secara
ekonomis pada masyarakat;

Kesiapsiagaan  Bencana  :  Upaya-upaya  yang  memungkinkan  masyarakat  (individu,  kelompok,  organisasi)  dapat
mengatasi bahaya peristiwa alam, melalui pembentukan struktur dan mekanisme tanggap darurat yang sistematis;

Tujuan : untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum; 

BENCANA BENCANA Tanggap Darurat Tanggap Darurat
Rehabilitasi Rehabilitasi
Rekonstruksi Rekonstruksi
Pencegahan
Kesiapsiagaan
Mitigasi
Peringatan Dini
Pencegahan
Kesiapsiagaan
Mitigasi
Peringatan Dini
Bantuan darurat
Untuk pemenuhan
Kebutuhan dasar dan
pemulihan
Normalisasi kehidupan
Perbaikan sarana dan
Prasarana umum
Pembangunan dan
Mitigasi Struktural
Pembangunan dan
Mitigasi Struktural
Hazards, Risk
Mapping
Vulnerability and
Capacity assessment
Community awareness
Pembangunan sarana
dan prasarana umum,
bendungan, dll
BENCANA BENCANA Tanggap Darurat Tanggap Darurat
Rehabilitasi Rehabilitasi
Rekonstruksi Rekonstruksi
Pencegahan
Kesiapsiagaan
Mitigasi
Peringatan Dini
Pencegahan
Kesiapsiagaan
Mitigasi
Peringatan Dini
Bantuan darurat
Untuk pemenuhan
Kebutuhan dasar dan
pemulihan
Normalisasi kehidupan
Perbaikan sarana dan
Prasarana umum
Pembangunan dan
Mitigasi Struktural
Pembangunan dan
Mitigasi Struktural
Hazards, Risk
Mapping
Vulnerability and
Capacity assessment
Community awareness
Pembangunan sarana
dan prasarana umum,
bendungan, dll
Tanggap Darurat Tanggap Darurat
Rehabilitasi Rehabilitasi
Rekonstruksi Rekonstruksi
Pencegahan
Kesiapsiagaan
Mitigasi
Peringatan Dini
Pencegahan
Kesiapsiagaan
Mitigasi
Peringatan Dini
Bantuan darurat
Untuk pemenuhan
Kebutuhan dasar dan
pemulihan
Normalisasi kehidupan
Perbaikan sarana dan
Prasarana umum
Pembangunan dan
Mitigasi Struktural
Pembangunan dan
Mitigasi Struktural
Hazards, Risk
Mapping
Vulnerability and
Capacity assessment
Community awareness
Pembangunan sarana
dan prasarana umum,
bendungan, dllKesiapsiagaan Bencana meliputi : upaya mengurangi tingkat resiko, formulasi Rencana Darurat Bencana (Disasters Plan),
pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, pelatihan warga di lokasi rawan bencana;

Prevensi  :  Serangkaian  kegiatan  yang  direkayasa  untuk  menyediakan  sarana  yang  dapat  memberikan  perlindungan
permanen terhadap dampak peristiwa alam, yaitu rekayasa teknologi dalam pembangunan fisik;

Mitigasi  :  Serangkaian  tindakan  yang  dilakukan  sejak  dari  awal  untuk  menghadapi  suatu  peristiwa  alam  –  dengan
mengurangi atau meminimalkan dampak peristiwa alam  tersebut  terhadap kelangsungan hidup manusia dan  lingkungan
hidupnya (struktural);

Upaya  penyadaran masyarakat  terhadap  potensi  dan  kerawanan  (hazard)  lingkungan  dimana mereka  berada,  sehingga
mereka dapat mengelola upaya kesiapsiagaan terhadap bencana;
  Pembangunan dam penahan banjir atau ombak;
  Penanaman pohon bakau;
  Penghijauan hutan;

Sistem Peringatan Dini :  Informasi-informasi yang diberikan kepada masyarakat  tentang kapan suatu bahaya peristiwa
alam dapat diidentifikasi dan penilaian tentang kemungkinan dampaknya pada suatu wilayah tertentu;









































 BENCANA
KESIAPSIAGAAN
INDIVIDU
ASSESSMENT
KOORDINASI
PB
RenOps
RELIEF
DISTRIBUSI
MONITORING
EVALUASI

PENGANTAR TANGGAP DARURAT

Tanggap  Darurat  Bencana   Serangkaian  tindakan  yang  diambil  secara  cepat  menyusul  terjadinya  suatu  peristiwa
bencana,  termasuk penilaian  kerusakan,  kebutuhan  (damage  and needs  assessment),  penyaluran bantuan darurat,  upaya
pertolongan, dan pembersihan lokasi bencana;
Tujuan
  Menyelamatkan kelangsungan kehidupan manusia;
  Mengurangi penderitaan korban bencana;
  Meminimalkan kerugian material;
Faktor keberhasilan pencapaian tujuan 
1.  Informasi  Seberapa banyak informasi yang kita dapatkan mengenai bencana dan akibat yang ditimbulkan
2.  Daya  Seberapa kuat sumber daya yang dimiliki oleh organisasi dan sumber daya lokal

 LANGKAH - LANGKAH TANGGAP DARURAT














Kesiapsiagaan individu : hal – hal yang harus diperhatikan SEBELUM terlibat dalam tindakan tanggap darurat, karena
menyangkut keselamatan diri, dan seluruh anggota lainnya. Termasuk didalam Kesiapsiagaan individu adalah koordinasi
PB. Namun  karena  hal  ini  dilakukan  dalam  setiap  tahap  tindakan  tanggap  darurat, maka  koordinasi  PB  akan  dibahas
tersendiri.

Koordinasi  PB  :  segala  bentuk  komunikasi,  baik  komunikasi  internall  maupun  eksternal,  yang  bertujuan  untuk
mendukung kegiatan penanggulangan bencana. Koordinasi dilakukan dalam setiap tahapan pada tanggap darurat. 
Assessment  :  penilaian  keadaan.  Seperti  koordinasi,  assessment  juga  dilakukan  dalam  setiap  tahapan  dalam  tanggap
darurat.  Namun,  untuk  tindakan  awal,  yang  harus  dilakukan  adalah  assessment  cepat,  yang  dilanjutkan  dengan
assessment  detil.
RenOps / SDP (Service Delivery Plan) : sebuah perencanaan yang dibuat berdasarkan hasil dari assessment. RenOps juga
merupakan perwujudan dari Action Plan.
Distribusi  Bantuan  :  langkah  berikutnya  setelah  RenOps  disetujui.  Dalam  distribusi  bantuan  juga  terkait  mengenai
masalah pergudangan.
Monitor dan evaluasi : metode untuk memantau kegiatan. Secara garis besar, yang dipantau adalah kegiatan distribusi
bantuan, namun dapat juga melihat keseluruhan proses tanggap darurat














 
ASSESSMENT

Assessment : adalah identifikasi dan analisa atas sebuah situasi tertentu .
Tujuan dari Assessment
  Mengidentifikasi dampak suatu situasi
  Mengumpulkan informasi dasar
  Mengidentifikasi kelompok yang paling rentan
  Upaya mengobservasi situasi 
  Mengidentifikasi kemampuan respons semua pihak yang terkait (pada saat darurat)
  Mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan (pada saat darurat)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Assessment
  Daftar pertanyaan
  Komposisi anggota tim yang baik
  Sarana transportasi yang baik
  Kerangka waktu yang jelas
  Menggunakan bahasa lokal
  Kebutuhan darurat harus dapat dibedakan dari masalah yang memang telah ada 
  Mempertimbangkan kesetaraan jender
  Tidak memberikan harapan
  Menghindari bias dalam membuat kesimpulan
  Membuat catatan
Metode Assessment
  Mengumpulkan dan mengobservasi data sekunder
  Observasi langsung di lapangan 
  Menanyakan pendapat para ahli
  Mewawancarai lawan bicara yang kapabel
  Diskusi grup
  Survei
Dilakukan dengan mengisi lembar Assessment
Jenis Data 
►  Data  Primer   data  –  data  yang  diperoleh  dari  sumber  –  sumber  terkait  secara  langsung  dengan  kejadian
bencana.
►  Data  Sekunder   data  –  data  pendukung  yang  dapat  melengkapi  informasi  yang  diperoleh  dari  dalam  data
primer.
Cara Pengumpulan Data
►  Data Primer :  Pengamatan langsung, wawancara dan diskusi kelompok
► Data  Sekunder  : Dokumen-dokumen  resmi,  yang  diperoleh    dari Data  pemerintah, Data  bencana  sebelumnya,
Hasil sensus, Laporan – laporan yang sudah ada, Lain – lain (contoh ; berita, koran, dll)
Analisis Data
►  GIGO (Garbage in Garbage Out)  Penyaringan hasil assessment. Mana yang perlu, mana yang tidak perlu.
►  Lengkapi data yang diperoleh berdasarkan wawancara, dengan apa yang dilihat di lapangan (AWAS : BIAS !)
►  Triangulasi data    Cek silang data.
Beberapa hal yang dapat menghambat kegiatan Assessment 
►  Keterbatasan waktu, dan perubahan situasi yang tiba – tiba
►  Kurangnya sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
►  Sulitnya berkoordinasi dengan lembaga – lembaga lain
►  Kesulitan untuk bekerjasama dengan banyak orang, banyak pihak, dan situasi darurat
►  Area assessment yang seringkali sulit untuk dicapai, ataupun membutuhkan waktu yang lebih lama
Hal-hal yang harus diperhatikan selama menjalankan Assessment :

  Perhatikan  data  yang  sudah  ditemukan  oleh
sumber lain. 
  Fokuskan pada kebutuhan yang darurat/ mendesak
  Dalam mengumpulkan  data, mulailah  dari  pihak
berwenang  lokal,  kemudian  cek  silang  dengan
masyarakat.
  Katakan  pada  semua  pihak  bahwa  pekerjaan  kita
hanyalah  mengumpulkan  data,  dan  keputusan
bukan diambil oleh kita.
  JANGAN beri pengharapan atau janji – janji pada
semua pihak.
  JANGAN  abaikan  sumber  –  sumber  yang
tersedia.
 
PENAMPUNGAN SEMENTARA

Penampungan  darurat  :    kegiatan  suatu  kelompok  manusia  yang  memiliki  kemampuan  untuk  menampung  korban
bencana dalam jangka waktu tertentu, dengan menggunakan bangunan yang telah ada atau tempat berlindung yang dapat
dibuat dengan cepat seperti tenda, gubuk darurat, dan sebagainya.
Tujuan
Menyelamatkan  atau  mengamankan  penderita  dengan    menjauhkannya  dari  tempat  bencana  yang  dianggap
berbahaya, ketempat yang aman agar dapat memudahkan pemberian bantuan dan pertolongan secara menyeluruh dan
terpadu tanpa menimbulkan kesulitan baru yang sukar diatasi.
Pengorganisasian
A.  Sasaran 
1.  Sasaran  utama  operasi  pengungsian  ialah  memindahkan  penduduk  (termasuk  yang  luka/sakit)  dari  daerah
bencana ketempat lain yang sudah disiapkan.
2.  Berusaha memperkecil kemungkinan terjadinya korban atau resiko baik fisik, material maupun spiritual ditempat
terjadinya bencana dan pada saat pelaksanaan pengungsian menuju ke penampungan sementara
B.  Prioritas 
Yang  pertama-tama  harus  dilakukan  ialah memindahkan  orang  –  orang  yang  luka  berat  atau  pasien  –  pasien  yang
memerlukan perawatan lebih lanjut ke Rumah Sakit terdekat atau Rumah Sakit Rujukan.
C.  Langkah-langkah yang perlu diambil
1.  Membantu meyakinkan penduduk bahwa demi keselamatan mereka harus diungsikan ketempat yang lebih aman ;
2.  Menyiapkan suatu bentuk atau sistem transportasi yang tepat bagi penduduk yang diungsikan ;
3.  Menyiapkan  persediaan  dan memberikan makanan, minuman  dan  keperluan  lain  yang  cukup  untuk  penduduk
yang akan diungsikan selamam dalam perjalanan samapai ketempat penampungan sementara ;
4.  Menyiapkan obat – obatan dan memberikan perawatan medis selama dalam perjalanan
5.  Menyelenggarakan pencatatan nama – nama penduduk yang diungsikan termasuk yang luka, sakit dan meninggal
dunia ;
6.  Membantu  petugas  keamanan  setempat  dalam  melindungi  harta  milik  dan  barang-barang  kebutuhan  hidup
penduduk yang diungsikan ;
7.  Sesampai  di  tempat  tujuan  para  pengungsi  hendaklah  diserah  terimakan  secara  baik  kepada  pengurus
penampungan sementara atau darurat untuk penanganan lebih lanjut
Persyaratan penampungan sementara
1.  Pemilihan  tempat  meliputi 
  Lokasi  penampungan  seharusnya  berada  didaerah  yang  bebas  dari  seluruh  ancaman  yang  berpotensi  terhadap
gangguan keamanan baik internal maupun external;
  Jauh dari lokasi daerah rawan bencana;
  Hak  penggunaan  lahan  seharusnya  memiliki  keabsahan  yang  jelas;  diutamakan  hasil  dari  koordinasi  dengan
pemerintah setempat;
  Memiliki akses jalan yang mudah;
  Dekat dengan sumber mata air,  sehubungan dengan kegiatan memasak dan MCK;
  Dekat  dengan  sarana-sarana  pelayanan  sosial  termasuk  pelayanan  kesehatan,  olahraga,  sekolah  dan  tempat
beribadah atau dapat disediakan secara memadai.
2.  Penampungan harus dapat meliputi kebutuhan ruangan
  Lokasi  penampungan  seharusnya  berada  didaerah  yang  bebas  dari  seluruh  ancaman  yang  berpotensi  terhadap
gangguan keamanan baik internal maupun external;
  Jauh dari lokasi daerah rawan bencana;
  Hak  penggunaan  lahan  seharusnya  memiliki  keabsahan  yang  jelas;  diutamakan  hasil  dari  koordinasi  dengan
pemerintah setempat;
  Memiliki akses jalan yang mudah;
  Dekat dengan sumber mata air,  sehubungan dengan kegiatan memasak dan MCK;
  Dekat  dengan  sarana-sarana  pelayanan  sosial  termasuk  pelayanan  kesehatan,  olahraga,  sekolah  dan  tempat
beribadah atau dapat disediakan secara memadai.
3.  Bahan pertimbangan untuk penampungan
  Idealnya,  ada  beberapa  akses  untuk memasuki  areal  penampungan  dan  bukan merupakan  akses  langsung  dari
komunitas terdekat;
  Tanah  diareal  penampungan  seharusnya memiliki  tingkat  kemiringan  yang  landai  untuk melancarkan  saluran
pembuangan air;
  Tanah diareal penampungan seharusnya bukan merupakan areal endemik penyakit;
  Lokasi  penampungan  seharusnya  tidak  dekat  dengan  habitat  yang  dilindungi  atau  dilarang  seperti  kawasan
konservasi hutan, perkebunan, lahan tanaman;   Pengalokasian  tempat  penampungan  seharusnya menggunakan  cara  yang  bijak mengikuti  dengan  adat  budaya
setempat;
  Libatkan masyarakat dalam pemilihan lokasi dan perencanaan
4.  Penampungan harus dapat meliputi kebutuhan ruangan :
  Posko
  Pos Pelayanan Komunikasi
  Pos Dapur Umum
  Pos Watsan
  Pos TMS
  Pos PSP
  Pos Humas dan Komunikasi
  Pos Relief dan Distribusi
  Pos Assessment
  Pos Pencarian dan Evakuasi
Jenis penampungan Sementara
Untuk menampung korban bencana diperlukan tempat penampungan sementara berupa :
1.  Bangunan yang sudah tersedia yang bisa dimanfaatkan
Contoh : gereja, masjid, sekolahan, balai desa, gudang
2.  Tenda ( penampungan darurat yang paling praktis )
Contoh : tenda pleton, tenda regu, tenda keluarga, tenda pesta
3.  Bahan seadanya
Contoh : kayu, dahan , ranting, pelepah kelapa dll
Perencanaan 
Setelah data assesment diperoleh, maka rencana umum harus diketahui oleh semu petugas pada saat aman (kesiapsiagaan)
, meliputi  :
1.  Waktu yang diperlukan untuk menuju ke daerah rawan bencana dan lokasi penampungan  
2.  Tempat Penampungan Sementara dapat menampung beberapa pengungsi
3.  Beberapa bangunan yang dapat dipakai dan di mana bengunan itu dapat dipakai untuk menampung pengungsi
4.  Personil yang dibutuhkan
5.  Peralatan yang diperlukan 
Pelaksanaan 
•  Lahan yang dibutuhkan untuk satu jiwa 45 m2;
•  Ruang tenda/shelter per jiwa 3.5 m2;
•  Jumlah jiwa untuk satu tempat pengambilan air = 250 jiwa;
•  Jumlah jiwa untuk satu MCK = 20 jiwa;
•  Jarak ke sumber air tidak melampui jarak 15 m;
•  Jarak ke MCK 30 m;
•  Jarak sumber air dengan MCK 100 m
•  Jarak antara dua tenda/shelter minimal 2 m




















 
LOGISTIK

Logistik    :  mekanisme    PENDUKUNG  dalam  rangka    penyediaan    barang  dan  jasa  (Logistik  BUKAN  merupakan
program), Logistik terlibat sejak dari AWAL untuk semua kegiatan.
3 ( tiga ) hal pokok yang perlu diperhatikan dalam rangka memenuhi opsi terbaik dalam penyediaan barang dan
jasa 
•  Standarisasi -  pengaturan/mekanisme kerja yang seragam;
•  Sistim    yang    fleksibel  untuk mengkontrol mata  rantai  pasokan  barang  untuk memenuhi  kebutuhan  operasional  di
lapangan;
•  SDM yang kapabel (Profesional) – logistik merupakan pekerjaan yang sangat kompleks sehingga  memerlukan ahli di
bidang tersebut;
Fungsi Penting Berkaitan dalam Logistik
☻  Assessment dan Perencanaan
☻  Penyediaan Barang dan Jasa
☻  Pengelolaan Pergudangan 
☻  Pengelolaan Transportasi
☻  Pelaporan.
Identifikasi Bantuan
Bantuan dapat diidentifikasikan berdasarkan jenis dan prinsip. Jenis bantuan terdiri dari bantuan pangan dan non pangan,
bantuan air bersih dan sanitasi, bantuan penampungan, serta bantuan kesehatan
☻  Bantuan pangan dan non pangan  :
Bantuan pangan dapat berupa makanan  jadi, siap makan, maupun bantuan pangan berupa bahan mentah  ( beras, mi
instan, daging kaleng, dll ). Sedangkan untuk bantuan non pangan lebih diartikan pada bantuan berupa alat kebersihan
diri ( Hygiene Kit ) maupun perlengkapan keluarga, termasuk didalamnya alat-alat dapur dan pakaian.
☻  Bantuan air bersih dan sanitasi  :
Bantuan air bersih dan sanitasi dapat berupa penyuplaian air bersih ke  lokasi darurat ataupun pembangunan  sarana
pembuangan, drainase, dan MCK sementara.
☻  Bantuan penampungan  :
Bantuan  penampungan  tidak  selalu  diartikan  membangun  tenda  penampungan,  melainkan  juga  dapat  berarti
menggunakan fasilitas bangunan yang masih ada untuk dijadikan tempat penampungan. Termasuk di dalam bantuan
penampungan adalah bantuan untuk bahan pangan dengan mendirikan Dapur Umum
☻  Bantuan kesehatan :
  Bantuan  kesehatan  yang  diberikan  biasanya  dalam  bentuk  Posko  Kesehatan,  pengobatan  dan  obat-obatan  gratis,
ataupun penyediaan tenaga kesehatan
Prinsip bantuan PMI adalah  :
☻  Diberikan secara langsung kepada korban bencana yang berhak menerimanya
☻  Diberikan secara langsung oleh Petugas PMI dan tidak diserahkan melalui pihak ketiga
☻  Harus dilengkapi dengan tanda penganal PMI ( logo ), baik pada kemasan barang maupun pada lokasi distribusi 
Pertimbangan Distribusi
☻  Komposisi usia dan komposisi jenis kelamin
☻  Ketersediaan sumber daya manusia dan sarana transportasi
☻  Kondisi keamanan
☻  Jenis bencana
☻  Jumlah penerima bantuan
☻  Jenis bantuan yang diberikan
☻  Jangka waktu operasi
☻  Lokasi distribusi ( cukup menampung total penerima bantuan )
☻  Menjamin keamanan barang ( misal : alam = hujan, panas matahari )
☻  Menjamin keamanan petugas
☻  Mudah diakses
Panca Tepat
☻  Tepat waktu  :
Dalam melakukan  distribusi  bantuan,  ketepatan  waktu  adalah  hal  yang  terpenting.  Bantuan  yang  berguna  apabila
diberikan pada waktu yang salah, maka akan kehilangan kegunaannya. Selain itu juga, bantuan yang tepat waktu akan
membantu mengurangi tingkat penderitaan manusia
☻  Tepat tempat  : Tepat  tempat  di  sini  dapat  berarti  pemilihan  tempat  distribusi  yang  tepat,  dan  dapat  juga  berarti  pemilihan  barang
distribusi  yang  tepat  dengan  tempatnya. Kedua  terminologi  ini  dapat  berlaku,  tergantung  pada  situasi  dan  kondisi
penyertanya.
☻  Tepat sasaran  :
Sasaran  yang  tepat  dalam  penyaluran  bantuanadalah  berpegang  pada  prinsip  golongan  yang  pal ing  rentan  ( most
vulnerable people )
☻  Tepat jumlah  :
Jumlah yang tepat akan memperlancar aktifitas dan akan menghindarkan dari masalah yang lebih besar lagi ( contoh :
ketidakadilan  ).  Jumlah  yang  tepat  tidak  selalu  harus  memberikan  jumlah  yang  banyak  ataupun  berlebih  pada
masyarakat di lokasi darurat. Namun sesuai dengan kebutuhan, berdasarkan pada sasaran yang dituju.
☻  Tepat kualitas  :
Tepat  kualitas  adalah memberikan  barang  bantuan  dengan  kualitas  yang  layak. Bukan merupakan  barang  bantuan
dengan kualitas tertinggi, namun juga bukan barang yang tidak berkualitas.
Panca Tepat  sangat berkaitan erat dengan akuntabilitas organisasi di masyarakat, pemenuhan panca  tepat akan semakin
memperkuat kepercayaan masyarakat pada organisasi












































 
DAPUR UMUM

Pengertian Dapur Umum
Dapur  Umum  adalah  Dapur  Umum  Lapangan  yang  diselenggarakan  oleh  Palang  Merah  Indonesia  untuk
menyediakan atau menyiapkan makanan dan dapat didistribusikan kepada korban bencana dalam waktu cepat dan tepat 
Penyelenggaraan  Dapur  Umum  dilakukan  apabila  tidak  memungkinkan  bantuan  mentah  untuk  korban  bencana.
Penyelenggaraan  Dapur  Umum  untuk  melayani  kebutuhan  makan  para  penderita  /  korban  bencana  bukan  monopoli
organisasi PMI, namun dapat diselenggarakan oleh siapa saja dan dapat menyelenggarakannya
Penyelenggaraan  Dapur  Umum  yang  diselenggarakan  oleh  PMI  Cabang  menjadi  tanggungjawab  Pengurus  PMI
Cabang,  yang  dalam  pelaksanaannya  dilakukan  oleh  regu  yang  ditugaskan  oleh  Pengurus  Cabang.  Regu  disesuaikan
dengan kebutuhan dan jumlah korban yang harus dilayani.
Tim Pengelola
Pembagian Tim Pengelola  ( Regu  – Kelompok  – Sektor  )  dalam  pelaksanaan Dapur Umum  yang  disesuaikan  dengan
kebutuhaan dan jumlah sasaran penerima bantuan yang harus dilayani  
◙  Regu  :
Satu regu yang menangani 1 unit dapur umum dengan kapasitas maksimal melayani 500 orang sekurang-kurangnya
terdiri dari  :
1.  1 orang Ketua Regu
2.  1 orang Wakil Ketua Regu
3.  1 orang Penanggungjawab Tata Usaha
4.  1 orang Penanggungjawab Peralatan dan Perlengkapan
5.  1 orang Penanggungjawab Memasak
6.  1 orang Penanggungjawab Distribusi
7.  Beberapa orang tenaga yang membantu terdiri dari unsur masyarakat di daerah bencana dan sekitarnya
◙  Kelompok  :
Bila  diperlukan  lebih  dari  satu  regu  Dapur  Umum  sekaligus,  maka  regu  –  regu  tersebut  diberi  nomor  urut  dan
dihimpun dalam kelompok. Kelompok dipimpin oleh Ketua Kelompok dan jika perlu dibantu oleh seorang pembantu
umum
◙  Sektor  :
Apabila masyarakat yang dilayani cukup besar jumlahnya dan terpencar di daerah yang cukup luas, maka kelompok-
kelompok  Dapur  Umum  tersebut  dapat  dihimpun  dalam  satu  wilayah  kerja  yang  disebut  sektor.  Sektor  tersebut
dipimpin oleh Ketua dan seorang pembantu umum
Dalam menentukan lokasi agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.  Letak Dapur Umum dekat dengan posko atau penampungan supaya mudah dicapai atau dikunjungi oleh korban
2.  Kebersihan lingkungan cukup memadai
3.  Aman dari bencana
4.  Dekat dengan transportasi umum
5.  Dekat dengan sumber air
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian :
1.  Distribusi dilakukan dengan menggunakan kartu distribusi
2.  Lokasi atau tempat pendistribusian yang aman dan mudah dicapai oleh korban
3.  Waktu pendistribusian yang konsisten dan tepat waktu
4.  Pengambilan jatah seyogyanya diambil oleh KK atau perwakilan yang sah
5.  Pembagian makanan bisa menggunakan daun, piring, kertas, atau sesuai dengan pertimbangan aman, cepat, praktis,
dan sehat
Lama penyelenggaraan  :
1.  Diselenggarakan bila situasi untuk memberikan bahan mentah tidak mungkin
2.  Lamanya 1 –  3 hari untuk seluruh korban bencana
3.  Hari ke 4 – 7 pemberian dilakukan secara selektif
4.  Setelah lebih dari 7 hari diupayakan bantuan berupa bahan mentah
Kaitan Dapur Umum dengan Standar Minimum
    Standar-standar minimum ketahanan pangan, gizi, dan bantuan pangan adalah suatu pernyataan praktis dari asas-
asas dan hak-hak seperti yang terkandung dalam Piagam kemanusiaan.Setiap orang berhak atas pangan yang cukup, hak
ini diakui dalam Instrumen Hukum Internasional dan termasuk hal untuk terbebas dari kelaparan.
    Aspek-aspek hak untuk mendapatkan kecukupan pangan tersebut di atas mencakup :
◙ Ketersediaan  pangan  dalam  jumlah  dan  kualitas  yang  cukup  untuk memenuhi  kebutuhan  gizi  individu,  bebas  dari
bahan-bahan yanag merugikan, dan dapat diterima dalam suatu budaya tertentu. 
◙ Pengan  tersebut  dapat  dijangkau  dengan  cara  berkesinambungan  dan  tidak mengganggu  pemenuhan  hak-hak  asasi
manusia lainnya   Pentingnya ketahanan pangan dalam masa bencana  :
◙ Ketahanan Pangan  :
  Tercapai ketika semua orang dalam masa apapun mempunyai akses fisik dan ekonomis terhadap pangan yang cukup,
aman, dan bergizi untuk dapat hidup sehat
◙ Penghidupan  :
  Terdiri  dari  kemampuan,  harta  benda,  dan  aktivitas  yang  diperlukan  untuk  sarana  kehidupan  yang  terkait  dengan
pertahanan hidup dan kesejahteraan di masa mendatang
◙ Kekurangan Gizi  :
Mencakup  satu  cakupan  berbagai  kondisi  termasuk  kekurangan  gizi  akut,  kekurangan  gizi  kronis,  dan  kekurangan
vitamin dan mineral.
Peralatan dan Perlengkapan
Untuk melayani kurang lebih 500 orang diperlukan satu unit peralatan yang terdiri dari:
1.  Peralatan pokok
a.  Langseng ukuran 100 liter  2 buah
b.  Drum air ukuran 50 liter    2 buah
c.  Panci ukuran besar  ......     2 buah
d.  Wajan no.48  ................     2 buah
e.  Serok penggorengan  ...      1 buah
f.  Susuk wajan  ............ ……  2 buah
g.  Sendok takaran 300 gram  2 buah
h.  Sendok sayur ¼ liter  ...      2 buah
i.  Panci untuk tempat nasi     2 buah
2.  Peralatan penunjang
a.  Ember plastik biasa dan pakai tutup masing-masing 2 dan 3 buah
b.  Centong air dari plastik  2 buah
c.  Cobek batu  .................  2 set
d.  Pisau dapur  ................  3 buah
e.  Golok  .........................  1 buah
f.  Talenan  ......................  2 buah
g.  Ayakan bambu/plastik  2 buah
h.  Drum air ....................  1 buah
3.  Tungku
Tungku  yang  dipergunakan  dalam  Dapur  Umum  dapat  berupa  tungku  sederhana  dan  dapat  juga
menggunakan kompor, baik itu kompor gas elpiji maupun kompor pompa minyak tanah

























 Contoh kartu distribusi dan Rekapitulasi Distribusi.














  
KARTU DISTRIBUSI
Nomor Dapur  : .......................................................
Nomor Kode D. U.  : .......................................................
Nama Kepala Keluarga  : .......................................................
Jumlah Jiwa  : .......................................................
Alamat/Lokasi/Pos  : .......................................................

Tanggal  Makan Pagi  Makan Sore  Keterangan
      
      
REKAPITULASI DISTRIBUSI

Alamat/Lokasi/Pos  : .......................................................
Nomor Dapur  : .......................................................
Tanggal  : .......................................................

No  Nama KK
Jumlah Jiwa *)  Makan
Pagi
Makan
Sore
Keterangan
D  A  B
              
              
*) catatan
D = dewasa
A = anak-anak
B = bayi                                                                                                                                                                                                                         
..............,...................
Petugas Distribusi,



          .......................................

 
Read more...

Perawatan Keluarga (PK)



DASAR PERTOLONGAN PERTAMA

Pertolongan pertama : pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera  / kecelakaan yang memerlukan
penanganan medis dasar.
Medis Dasar : Tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran  yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih
secara khusus.
Tujuan PP
Menyelamatkan jiwa penderita, mencegah cacat, memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan. 
Dasar Hukum
Pasal 531 KUH  Pidana
” Barang  siapa menyaksikan  sendiri  ada  orang  di  dalam  keadaan  bahaya maut,  lalai memberikan  atau mengadakan
pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannyua dengan tidak akan menguatirkan,
bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp  4.500,-.  Jika  orang  yang  perlu  ditolong  itu mati,  diancam  dengan  : KUHP  45, 165,  187,  304  s,  478,
525,566”
Prinsip PP 
P = Penolong mengamankan diri sendiri sebelum menolong korban
A = Amankan korban dari tempat kejadian
T = Tandai tempat kejadian
U = Usahakan secepat mungkin mencari bantuan (RS, yg berwajib, dll)
T = Tindakan pertolongan pertama dengan cepat dan tepat
Pelaku PP
Pelaku  pertolongan  pertama  :  penolong  yang  pertama  kali  tiba  di  tempat  kejadian,  yang memiliki  kemampuan  dan
terlatih dalam penanganan medis dasar.
Kewajiban pelaku PP
a.  Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya
b.  Menjangkau penderita
c.  Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
d.  Meminta bantuan/rujukan
e.  Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan penderita
f.  membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g.  Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita
Kualifikasi pelaku PP
a.  Jujur dan Bertanggung jawab
b.  Berlaku profesional
c.  Kematangan emosi ( sabar, tidak gugup, dan tidak panic)
d.  Kemampuan bersosialisasi
e.  Kemampuan nyata terukur
f.  Kondisi fisik baik
g.  Mempunyai rasa bangga
Prioritas PP
1.  Kuasai kondisi tempat kejadian
2.  Pernafasan
3.  Pendarahan/perdarahan
4.  Kesadaran
5.  Infeksi dan cacat
Peralatan PP
Peralatan dasar :
APD (Alat Perlindungan Diri)
1  Sarung Tangan Lateks      4. Masker Penolong
2  Kaca Mata Pelindung      5. Masker Resusitasi
3  Baju Pelindung        6. Helm
Peralatan pertolongan pertama , yaitu : 
1  Cairan pembersih luka (antiseptik) 
2  Penutup luka 
3  Pembalut luka 
4  Peralatan stabilisasi korban
5  Plester, gunting perban, pinset, kapas,. senter, selimut, tensimeter, kartu penderita, alat tulis, oksigen, tensimeter,
stetoskop.






 

ANATOMI

Ilmu faal (fisiologi) : ilmu yang mempelajari fungsi alat-alat tubuh makhluk hidup.
Anatomi : ilmu yang mempelajari susunan tubuh  dan bentuk tubuh makhluk hidup.

Posisi Anatomis :             Rongga  Tubuh
1.  Bidang Medial          1. Rongga Tengkorak
2.  Bidang Frontal          2. Rongga tulang belakang
3.  Bidang Tranversal        3. Rongga dada
                4. Rongga perut
Bagian Tubuh            5. Rongga panggul
1.  Kepala
2.  Leher
3.  Batang tubuh
4.  Anggota gerak atas
5.  Anggota gerak bawah
Pembagian Rongga Perut
1.  Kwadran kanan atas : hati, kandung empedu, pancreas dan usus
2.  Kwadran kiri atas : organ lambung, limpa dan usus
3.  Kwadran kanan bawah : organ usus terutama usus buntu
4.  Kwadran kiri bawah : terutama usus
TUBUH MANUSIA
Sel : bagian terkecil dari makhluk hidup
Jaringan : Kumpulan dari sel-sel yang menyatu dengan bentuk , besar dan fungsi yang sama
Organ : kumpulan bermacam jaringan yang bersatu dengan fungsi tertentu
Sistem Tubuh : susunan dari organ-organ yang mempunyai fungsi tertentu
SISTEM RANGKA
Sistem rangka dibagi menjadi 5 bagian :
a.  Tulang kepala
b.  Rangka dada
c.  Tulang belakang
d.  Tulang anggota gerak atas
e.  Tulang anggota gerak bawah
Bentuk dan  struktur tulang ada 5 macam :
a. Tulang panjang/tulang pipa seperti tulang paha, tulang atas, tulang kering,dll.
b. Tulang pendek seperti tulang jari, ruas tulang belakang.
c. Tulang pipih misalnya tulang rusuk, tulang tengkorak, dll.
d. Tulang tidak beraturan seperti tulang pergelangan tangan.
e. Tulang sesamoid seperti tulang tempurung lutut.
Fungsi Rangka:
a. Memopang  dan menahan bagian tubuh
b. Melindungi bagian tubuh yang lunak/bagian dalam
c. Tempat melekatnya otot
d. Alat gerak pasif
e. Memberi bentuk bangunan tubuh
f. Tempat pembentukan sel darah merah
SISTEM OTOT
Sistem otot :  suatu organ/alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak 
1. Otot Rangka / Otot Lurik
o  Disebut otot  rangka  karena  kebanyakan otot    ini melekat pada  rangka dan bergerak  aktif  untuk menggerakkan
bagian rangka
o  Bergerak berdasarkan perintah otak
Susunan otot rangka tubuh
a.  Otot-otot kepala        g. Otot-otot pangkal lengan atas
b.  Otot-otot bagian leher      h. Otot-otot lengan bawah
c.  Otot-otot bahu        i. Otot-otot sekitar panggul
d.  Otot-otot dada        j. Otot-otot tungkai atas
e.  Otot-otot perut        k. Otot-otot tungkai bawah
f.  Otot-otot punggung
2. Otot Polos
o  melakukan pekerjaan tubuh dibawah sadar
o  bekerja berdasarkan rangsangan
3. Otot Jantung
o  merupakan perpaduan antara otot polos dan otot lurik
o  memiliki sistem listrik sendiri
o  dapat mengatur irama dan frekuensinya sendiri tanpa pengaruh otak 
SISTEM PERNAPASAN
Proses pernapasan
1.  Pernapasan Dalam : pertukaran gas yang terjadi didalam jaringan 
2.  Pernapasan Luar : pertukaran O2 dan CO2 didalam paru-paru.
Susunan              Fungsi Pernapasan
1  Mulut dan Hidung       1. Mengambil O2  sebagai zat pembakar
2  Tekak (Faring)        2. Mengeluarkan CO2   sebagai sisa pembakaran
3  Pangkal Tenggorok (Laring)        melalui paru-paru
4  Batang Tenggorok(Trakea)    3. Menghangatkan dan melembabkan udara
5  Cabang Tenggorok (Bronkus)
6  Paru-Paru
7  Anak Cabang Tenggorok (Bronkeolus)
8  Alveoli ( tempat terjadinya pertukaran udara)
9  Otak
Proses Pernafasan          Cara Pernapasan
1.  Menarik Nafas (inpirasi/inhalasi)        1. Pernapasan Dada
2.  Menghembuskan Nafas (ekspirasi/ekshalasi)      2. Pernapasan Perut
SISTEM SIRKULASI DARAH
1.  Jantung
    Jantung adalah organ berupa otot dan berbentuk kerucut dengan puncaknya di bawah dan dasarnya di atas. Jantung bekerja di
luar kemauan kita karenadipengaruhi  susunan saraf otonom. Jantung bagian kiri menerima darah yang  kaya oksigen dari paru-paru
dan memeruskannya  ke  seluruh  tubuh. Bagian  kanan  jantung menerima  kembali  darah  dari  seluruh  tubuh  dan meneruskannya  ke
paru-paru untuk dibesihkan. Jantung  terdiri dari 4 bagian dan masing-masing bagian memiliki katup satu arah sehingga darah yang
sudah dipompa keluar dari bagian tersebut tidak akan masuk kembali. Setiap kali berdenyut, jantung memompa keluar sekitar 70 – 80
ml darah.
2.  Pembuluh Darah
Pembuluh darah nadi (Arteri)    Pembuluh darah balik (Vena)
  - jantung → seluruh tubuh      - organ tubuh → jantung
  - berdinding tebal dan elastis      - memiliki katup yang mencegah darah mengalir
  - darah berwarna merah terang (kadar      menjauhi jantung
    O2  tinggi)
Pembuluh darah rambut (Kapiler)
  - arteri → pembuluh kapiler → set→ pembuluh kapiler → Vena
  -  Fungsi  :  alat  penghubung  arteri  dengan  vena,  tempat  pertukaran  zat  antara  darah  dan  cairan  jaringan,
mengambil hasil kelenjar, menyerap zat nutrisi di usus, menyaring darah di ginjal
3. Darah dan Komponennya
Fungsi darah
1. Membantu pembekuan darah bila terjadi luka      4. Pertahanan tubuh
2. Mengatur suhu tubuh
3. Alat pengangkut O2, CO2, zat nutrisi, dan zat tidak berguna
Peredaran Darah
►  Peredaran darah kecil : Jantung → paru-paru → jantung
►  Peredaran darah besar : Jantung → pembuluh nadi → semua bagian tubuh → pembuluh balik → jantung
Denyut Nadi
a.  Leher ( Carotis )
b.  Lengan atas ( Brachialis )
c.  Pergelangan Tangan ( Radialis )
d.  Lipat paha ( femoralis )
SISTEM SARAF
Sistem Saraf : organ yang berfungsi untuk melakukan koordinasi dan kerjasama dengan bagian tubuh.
Fungsi sistem saraf 
1.  Sensorik (menerima rangsang) dilakukan oleh organ panca indera.
2. Motorik  :  mengatur  tubuh  bergerak,integrasi  (gabungan),  mengatur  kesadaran,  ingatan/ingatan/bahasa/emosi,
mengendalikan system lain tubuh. 
Pembagian sistem saraf 
1.  Susunan saraf pusat, terdiri dari : otak, bumbung saraf tulang belakang.
2.  Susunan saraf tepi, terdiri dari susunan saraf somatis dan susunan saraf ototnom.
SISTEM PENCERNAAN
Saluran pencernaan : saluran yang menerima makanan dari  luar untuk diserap oleh  tubuh dengan jalan dicerna (proses
telan, kunyah dan mencampur) dengan bantuan enzim dan zat cair mulai dari mulut sampai anus. 
Susunan          Organ Getah Pencernaan
1.  Mulut            a. Kelenjar ludah
2.  Tekak            b. Kelenjar getah lambung
3.  Kerongkongan          c. Kelenjar hati
4.  Lambung          d. Kelenjar pankreas
5.  Usus Halus          e. Kelenjar getah usus
6.  Usus Besar
 
Fungsi
Mengolah makanan menjadi zat gizi yang kemudian dapat diserap ke dalam darah

SISTEM ENDOKRIN
Kelenjar  endokrin  :  kelenjar  yang mengirimkan  hasil  sekresinya  ke  dalam  darah  tanpa melalui  suatu  saluran.  Hasil
sekresi ini disebut hormon. 
Fungsi sistem endokrin
-  Menghasilkan hormone untuk jaringan tubuh
-  Mengendalikan kerja kelenjar tubuh
-  Merangsang kerja kelenjar tubuh
-  Merangsang pertumbuhan jaringan
-  Mengatur metabolisme, oksidasi dan meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus
-  Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, karbohirat, vitamin, mineral dan air.
SISTEM KEMIH (URANARIUS)
Sistem kemih  : proses penyaringan darah  untuk menyerap  zat  yang digunakan  tubuh dan membebaskan dari  zat  yang
tidak digunakan tubuh.
Susunan
-  Ginjal      - Kandung Kemih
-  Ureter      - Uretra
KULIT 
Kulit : lapisan jaringan pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, dan yang berhubungan dengan
selaput lender yang melapisi rongga-rongga lubang masuk.
Fungsi kulit            Susunan
a.  Mencegah cedera mekanik, kimia          1. Lapisan kulit ari
b.  Perlindungan terhadap mikroorganisme          2. Lapisan kulit jangat
c.  Mempertahankan suhu tubuh            3. Lapisan bawah kulit
d.  Mengatur keseimbangan cairan
e.  Alat rangsangan rasa dari luar
f.  Alat indera : raba, tekanan, suhu dan nyeri. 
PANCA INDRA
Panca indera : organ untuk menerima jenis rangsangan tertentu. 
Jenis-jenis Panca Indera
  Indera penglihatan 
  Indera pendenganran
  Indera penciuman 
  Indera pengecap
  Indera peraba

SISTEM REPRODUKSI
Fungsi organ reproduksi
- Organ pengembangbiakan
-  Testis menghasilkan sperma
- Ovairum menghasilkan ovum
- Menghasilkan hormon yang membentuk sifat laiki-laki dan perempuan. 






















 

PENILAIAN

LANGKAH PENILAIAN
1.  Penilaian keadaan (Sceen Assessment)
mencakup: 
  Bagaimana kondisi saat itu ?
  Kemungkinan apa saja yang terjadi ? 
  Bagaimana cara  mengatasinya ?
  Di lokasi, penolong harus: 
1 Memastikan keselamatannya, penderita dan orang-orang disekitar lokasi kejadian ( memakai APD )
2 Penolong memperkenalkan diri, bila memungkinkan.
3 Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cidera) dan mulai melakukan penilain dini penderita.
4 Mengenali dan mengatasi gangguan /cidera yang mengancam nyawa.
5 Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan 
6 Minta bantuan
Informasi keadaan
a. Kejadian itu sendiri
b. Penderita (jika sadar)
c. Keluarga /saksi
d. Mekanisme kejadian
e. Perubahan bentuk yang jelas 
f. Gejala atau tanda suatu cidera / penyakit

2.  Penilaian Dini
Yaitu suatup proses mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat,
cepat dan sederhana.

Langkah-langkah penilaian dini
1. Menentukan kesan umum penderita (termasuk kasus trauma atau kasus medis)
Kasus Trauma  :  kasus  yang  biasanya  disebabkan  oleh  ruda-paksa,  yang mempunyai  tanda-tanda  yang  jelas
terlihat atau teraba, misalnya kasus perdarahan, patah tulang, penurunan kesadaran.
Kasus Medis  :  kasus  yang  diderita  seseorang  tanpa  ada  riwayat  ruda-paksa.  Pada  kasus  ini  penolong  harus
lebih berupaya mencari riwayat gangguannya.
2. Melakukan periksa respon
4 Tingkatan Respon
A = Awas = korban sadar dan mengenali keadaan lingkungan.
S = Suara = korban hanya menjawab/bereaksi apabila dipanggil atau  mendengar suara.
N = Nyeri = korban hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan penolong seperti dicubit, tekanan
pada tulang dada, dll.
  T  =  Tidak  respon  =  korban  tidak  bereaksi  sama  sekali  terhadap  rangsangan  apapun  yang  diberikan  oleh
penolong. 
3. Memastikan jalan nafas terbuka dengan baik.
Cara menentukan keadaan penderita, apakah ada respon atau tidak.
 Pasien dengan respon baik
Perhatikan  pada  saat  penderita  menjawab  pertanyaan  penolong,  adakah  gangguan  bersuara  atau  gangguan
berbicara ?
 Pasien yang tidak respon
Perlu  dilakukan  tindakan  untuk memastikan  jalan  nafas  terbuka. Bila  penderita  tidak menderita  atau  tidak  ada
kecurigaan cedera spinal gunakan teknik angkat dagu - dahi tekan. Sebaliknya bila ada kecurigaan maka gunakan
reknik perasat pendorongan rahang bawah.
4. Menilai pernafasan.
Memeriksa ada tidaknya nafas yaitu dengan cara LDR (Lihat, Dengar dan Rasakan). 
5. Memantau sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat.
Pada pemeriksaan  ini penolong menilai apakah  jantung melakukan  tugasnya untuk memompa darah ke  seluruh
tubuh. Pastikan denyutan jantung cukup baik dan tidak ada perdarahan yang membahayakan nyawa. 
Menilai  sirkulasi,  pada  penderita  respon  periksalah  nadi  radialnya  (pergelangan  tangan)  dan  pada  bayi
periksalah  nadi  brakialnya.  Pada  penderita  tidak  respon  periksalah  nadi  karotis  (leher)  kecuali  pada  bayi  tetap
periksa nadi brakial.
6. Menghubungi bantuan apabila dirasa perlu.

3. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala    5. Punggung
2.  Leher     6. Panggul
3. Dada     7. anggota gerak atas dan bawah
4.  Perut
Pada penderita cidera harus dicari adanya PLNB / DOTS 
P = Perubahan Bentuk/Deformitas = D
L = Luka Terbuka/Open Injury = O
N = Nyeri Tekan/Terdernes = T
B = Bengkak/Swelling = S
Tanda Vital
  Denyut nadi normal       Frekuensi pernapasan normal
o Bayi 120-150 x / menit      Bayi 25-50 x / menit
o Anak 80-150 x/ menit         Anak 15-30 x / menit
o Dewasa 60-90 x/ menit       Dewasa 12-20 x / menit
  Suhu tubuh normal 37o
C
  Tekanan darah normal (dewasa)    Pemeriksaan kulit
o  Sistolik  : 100-140 mmHg
o  Diastolic: 60-90 mmHg

4. Riwayat Penderita
Dilakukan melalui  wawancara. Hal  ini  sangat  diperlukan  terutama  untuk  kasus medis. Untuk memudahkan  dikenal
istilah KOMPAK:
K  = Keluhan Utama : segala sesuatu yang dikeluhkan penderita dan tanda-tanda yang ditemukan pada penderita.
O  = Obat : pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum. 
M  = Makanan : makanan/minuman terakhir
P  = Penyakit : penyakit yang diderita
A  = Alergi : alergi yang dialami
K  = Kejadian 

5.  Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan  diteruskan  secara  berkala  sebelum  mendapat  pertolongan  medis.  Mungkin  memeriksa  dari  awal  atau
mencari hal yang terlewati.
Secara umum pada pemeriksaan berkala harus dinilai kembali :
1.  Keadaan respon.
2.  Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu.
3.  Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya.
4.  Periksa kembali nadi penderita.
5.  Nilai kembali keadaan kulit.
6.  Periksa kembali dari ujung kepala hingga ujung kaki.
7.  Nilai kembali penatalaksanaan penderita.
8.  Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman.

6. Pelaporan
Semua  pemeriksaan  dan  tindakan  yang  telah  dilakukan,  dilaporkan  secara  singkat  dan  jelas  kepada  penolong
berikutnya.


























 


BHD & RJP

Mati ada 2 macam :
Mati Klinis  :  pada  korban  tidak  ditemukan  pernafasan  dan  denyut  nadi,  biasa  terjadi  dalam waktu  4-6 menit  untuk
dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati Biologis  :  kematian  sel  terutama  sel  otak  bersifat  irreversible,  biasa  terjadi  dalam waktu  8-10 menit  dari  henti
jantung.

Tanda-Tanda Mati :
1.  Lebam mayat
2.  Kaku mayat 
3.  pembusukan 
4.  Cedera mematikan
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)
Tujuan BHD
1. Mencegah berhentinya sirkulasi dan respirasi melalui pengenalan dan intervensi segera. 
2. Memberikan bantuan dari  luar  terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti  jantung dan henti
nafas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Indikasi BHD
1.  Henti nafas; dapat  terjadi pada keadaan  tenggelam, stroke, sumbatan  jalan nafas oleh benda asing, over dosis obat, 
terkena aliran listrik, trauma, koma.
2.  Henti jantung

Tindakan yang dikerjakan pada BHD; dikenal dengan singkatan ABC
A = Airway Control ( Pengusaan Jalan Nafas )
Untuk  dapat  menilai  pernapasan  seorang  penderita  harus  dibaringkan  terlentang  dengan  jalan  napas  terbuka.
Apabila korban sadar (dapat berbicara) berarti tidak ada masalah dengan jalan nafasnya. 
     Sumbatan nafas :
o  Total : sulit bernafas, memegangi leher
o  Parsial : seperti ngorok, mengi, kumur.
Dalam beberapa kasus dimana korban  tidak  ada  respon,  lidah paling  sering menjadi penyebab dari  tersumbatnya
jalan  nafas,  karena  pada  saat  kehilangan  kesadaran  otot-otot  akan  lumpuh  termasuk  otot  dasar  lidah  akan  jatuh  ke
belakang sehingga jalan nafas tertutup
 Cara untuk membebaskan jalan napas
a. Angkat Dagu – Tekan Dahi : dilakukan pada penderita yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun tulang
belakang
b. Jaw Thrust Maneuver : dilakukan pada penderita yang mengalami trauma tulang belakang


B = Breathing Support ( Bantuan Pernafasan )
Pertolongan pernafasan buatan:
a. Menggunakan Mulut Penolong    b. Menggunakan alat Bantu
  - Mulut ke masker RJP        - Kantung Masker Berkatup (BVM)
  - Mulut ke APD
  - Mulut ke mulut / hidung

Teknik pemberian nafas buatan
1.  Periksa Respon    5. Jika tidak bernafas, beri 2 - 5 kali inflasi
2.  Minta bantuan     6. Periksa nadi carotis (5 - 10 detik)
3.  Buka jalan nafas    7. Jika nadi berdenyut lanjutkan pemberian nafas buatan.
4.  LDR  3 - 5 detik

C =  Circulation Support ( Pemeriksaan Nadi )
Henti  jantung ditandai dengan  tidak adanya   denyut nadi pada arteri besar dari korban  tidak sadar.  Pemeriksaan
nadi dilakukan dengan meraba secara lembut arteri karotis korban. Bila nadi tidak teraba, lakukan  Pijatan  Jantung Luar. 
Secara umum dpt dikatakan bhw bila jantung berhenti berdenyut maka pernapasan akan langsung mengikutinya,
namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya. Seseorang mungkin hanya mengalami kegagalan pernapasan dengan jantung
yang masih berdenyut, akan tetapi dalam waktu singkat akan diikuti henti jantung karena kekurangan oksigen. Bila terjadi
demikian maka selanjutnya dilakukan tindakan RJP.

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
Resusitasi  Jantung  Paru  (RJP)  harus  dimulai  sesegera mungkin.  Tindakan  ini merupakan  gabungan  dari  ketiga
komponen A, B dan C. 
Pada orang dewasa dikenal 2  rasio yaitu  30 x pijatan  jantung  luar berbanding 2 x pernapasan buatan  (30:2) bila
penolong hanya satu orang, dan 5 : 1 bila penolongnya 2 orang. Pada bayi hanya dikenal satu rasio yaitu 5 : 1 (5 x pijatan
jantung luar berbanding 1 x pernapasan).

Sebelum melakukan RJP pada korban, penolong harus :
1.  Menentukan tidak adanya Respon
2.  Menentukan ada tidaknya pernapasan
3.  Menentukan ada tidaknya denyut nadi
  Bila penderita menunjukkan tanda-tanda pulihnya salah satu atau semua sistem, maka tindakan RJP dihentikan atau
hanya  diarahkan  ke  sistem  yang  belum  pulih  saja. Biasanya  yang  paling  lambat  pulihnya  adalah  pernapasan  spontan,
maka hanya dilakukan tindakan Resusitasi Paru (napas buatan) saja.

RJP Satu Orang Penolong
Langkah-langkahnya sbb:
1.  Tentukan korban tidak ada respon
2.  Aktifkan sistem minta bantuan
3.  Buka jalan napas dan lakukan pemeriksaan napas
4.  Lakukan bantuan napas awal dan jika perlu singkirkan benda asing dari mulut penderita
5.  Jika korban bernapas dan nadi karotis teraba, letakkan korban pada posisi miring stabil / pemulihan.
6.  Periksa nadi karotis, jika tidak ada denyutan, lakukan RJP dengan langkah-langkah sbb:
7.  Posisikan penolong dan tentukan titik pijatan
8.  Lakukan pijatan jantung, sebanyak 30 x dengan kecepatan 80 – 100 x per menit.
9.  Berikan  napas  buatan  2  x  secara  kuat-lembut,  dilakukan  setelah  30  x  pijatan  jantung  dengan  jeda waktu  tiap
tiupan sekitar 1,5 – 2 detik.
10.  Lakukan terus sampai mencapai 4 siklus dari 30 pijatan dan 2 inflasi.
11. Kemudian periksa nadi karotis korban.
12.  Jika nadi berdenyut dan napas ada, teruskan pengawasan ABC sampai bantuan datang
13.  Jika nadi berdenyut tetapi napas belum ada, maka teruskan bantuan pernapasan 10-12 x per menit, jika kemudian
nadi  tidak  berdenyut  lagi,  lakukan  lagi  RJP.  Periksa  kembali  nadi  karotis  dan  napas  setiap  2  atau  3  menit
kemudian.

RJP Dua orang penolong
Jika korban tidak ada respon, tidak bernapas dan nadi tidak teraba, setelah penolong memberikan napas awal maka: 
1.  posisi penolong saling berseberangan di atara korban.
2.  lakukan pijatan jantung, sebanyak 5 x dengan kecepatan 80 – 100 per menit
3.  berikan napas buatan satu kali perlahan-lahan.
4.  setelah satu menit RJP, lakukan pemeriksaan ulang nadi karotis
  - jika nadi berdenyut dan napas ada, teruskan pengawasan ABC sampai bantuan datang.
- Jika nadi berdenyut tetapi napas belum ada maka teruskan bantuan pernapasan 10 – 12 kali per menit
- jika kemudian nadi tidak berdenyut lakukan lagi RJP
5. Periksa kembali nadi karotis dan napas setiap 2 atau 3 menit kemudia

Skema Resusitasi Jantung Paru


Buka Jalan Napas
LDR 3 - 5 dtk
KORBAN
RESPON
ADA  TIDAK
AIRWAY
BREATHING
CIRCULATION
RJP
TIDAK  ADA
TIDAK  ADA
2x Inflasi  Posisi
Pemulihan
Posisi
Pemulihan
Cek nadi Karotis
5 – 10 dtk 

PERDARAHAN & SYOK


PERDARAHAN
Terjadi  akibat  rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh  ruda paksa  (trauma)  atau penyakit.
Ada dua macam perdarahan.
Perdarahan luar :  perdarahan yang tampak nyata keluar dari tubuh. 
Penggolongan perdarahan luar: 
 perdarahan nadi (darah merah muda keluar memancar),
 perdarahan balik (darah merah tua keluar mengalir),
 perdarahan kapiler (darah merah muda keluar perlahan).

Cara mengendalikan perdarahan luar     Cara Lain
1.  T : tekan langsung  pada luka      1. Imobilisasi dengan atau tanpa pembidaian
2.  E : elevasi            2. Torniquet
3.  T : titik tekan          3. Kompres dingin
Perdarahan dalam
disebabkan oleh benturan dengan benda  tumpul. Beberapa Perdarahan Dalam dapat dikenali, misalnya  : darah/ cairan
yang keluar dari telinga/ hidung, muntah darah, BAK & BAB campur darah, batuk darah, dll.
Penatalaksanaan Penderita
1.  Baringkan penderita        6. Jangan memberikan makan /minum
2.  Periksa dan pertahankan ABC        7. Jangan lupa menangani cedera lain
3.  Berikan Oksigen bila ada        8. segera bawa ke fasilitas kesehatan 
4.  Periksa pernapasan dan nadi scara berkala       terdekat
5.  Rawat sebagi syok
SYOK
Penyebab Syok 
  kegagalan jantung memompa darah
  kehilangan darah dalam jumlah besar
  pelebaran pembuluh darah yang luas dan dehidrasi.
Gejala dan Tanda 
a.  nadi cepat dan lemah      d. Wajah pucat
b.  nafas cepat dan dangkal      e. Pandangan mata hampa
c.  kulit pucat, dingin dan lembab    f. Perubahan keadaan mental
Penanganan syok
1)  Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
2)  Tidurkan telentang
3)  Pakaian penderita dilonggarkan dan cegah kehilangan panas tubuh dengan memberi selimut
4)  Tenangkan penderita
5)  Pastikan jalan napas dan pernapasan baik
6)  Kontrol perdarahan dan bidai patah tulang
7)  Kalau perlu beri oksigen
8)  Jangan beri makan dan minum
9)  Periksa berkala tanda vital.
10) Segera transportasi ke fasilitas kesehatan untuk rujukan.




















 

CEDERA JARINGAN LUNAK

Luka  :  terputusnya  jaringan  tubuh  oleh  kekerasan  yang  disebabkan  benda  tumpul/  tajam/ mekanis,  juga  karena  benda
panas atau suhu tinggi.


Kualifikasi luka
1.  Luka terbuka
cedera  jaringan  lunak disertai dengan kerusakan  jaringan  kulit dan bisa disertai  jaringan  dibawah  kulit.  contah  :
luka iris, lecet, tusuk, robek, sobek, amputasi,        remuk.
2.  Luka tertutup
Cedera  jaringan  lunak  tanpa kerusakan  jaringan kulit, yang  rusak hanya  jaringan dibawah kulit.  contah  : memar,
hematoma, remuk.

Jenis Luka Terbuka          Jemis Luka Tertutup
1. Luka Lecet    5. Avulsi (Sobek)       1. Memar
2. Luka sayat / iris  6. Amputasi            2. Hematoma
3. Luka Robek    7. Cedera remuk          3. Cedera remuk
4. Luka Tusuk

Prioritas pertolongan
 Luka  yang  membawa  maut  dalam  waktu  singkat:  luka  dengan  perdarahan  yang  banyak,  luka  daerah  jalan
nafas/rongga mulut dan korban  tidak  sadar,  luka didaerah sangkar dada yang menyebabkan gangguan pernafasan,  serta
luka bakar luas disertai syok.

Perawatan luka terbuka :
1.  Pastikan daerah luka terlihat.
2.  Bersihkan daerah sekitar luka.
3.  Kontrol perdarahan bila ada.
4.  Lakukan penatalaksanaan syok pada luka-luka yang parah.
5.  Cegah kontaminasi lanjut.
6.  Beri penutup luka dan balut.
7.  Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah.
8.  Tenangkan penderita.
9.  Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Perawatan luka tertutup
Khusus untuk memar yang ringan dapat dilakukan pertolongan sbb :
1.  Istirahatkan anggota gerak tersebut.
2.  Berikan  kompres  dingin  (misalnya  kantung  es).  Ini  akan  membantu  mengurangi  pendarahan  dengan  cara
penyempitan pembuluh darah.
3.  Balut tekan. Merupakan prinsip dasar mengendalikan pendarahan.
4.  Bila terjadi pada alat gerak, maka tinggikan lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi pembengkakan. 

PENUTUP LUKA DAN PEMBALUT 
Penutup Luka : bahan yang diletakan tepat diatas luka. 
Fungsi  penutup luka:
1.  membantu mengendalikan perdarahan
2.  mencegah kontaminasi lebih lanjut  
3.  mempercepat penyembuhan
4.  mengurangi nyeri.

Pedoman penutupan luka
-  Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
- Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka.
-  Pemasangan penutup luka harus sedemikian rupa sehingga permukaan penutup luka yang menempel pada bagian luka
tidak terkontaminasi.

Pembalut/ verban : bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka

Pembalutan/ verbandeli : proses membalut luka, yaitu menutupi luka dengan pembalut. 

Fungsi pembalut
1.  Penekanan untuk menghentikan perdarahan
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya
3. Menjadi penopang untuk bagia tubuh yang cedera 
Macam pembalut
a. Pembalut segitiga (mitella)
  Mitella biasa
  Funda; 
  Platenga
b.  Pembalut Pita/gulung
c. Pembalut Cepat

Macam lipatan pada Mitela
  Lipatan Empat (Lipatan Dasar)
Untuk membalut  luka di kepala, sendi bahu, dada, sendi siku,  seluruh  lengan dan  tangan, gendongan  lengan dan
tangan, jari tangan seluruhnya, telapak tangan,sendi panggul, sendi lutut, luka pada tumit, kaki, dll.
  Lipatan Enam
  Untuk membalut  luka di sisi kepala, pelipis, mata, dagu, sendi bahu, sendi pergelangan  tangan,  luka pada  tangan,
tulang selangka yang patah (pembalut ransel), dan sendi pergelangan kaki.
  Lipatan Delapan
Seperti pada penggunaan lipatan enam dan pengikatan pada pembidaian dan juga pada tandu.

Pedoman Pembalutan
1. Pemasangan pembalut setelah darah berhenti kecuali pada pembalut tekan
2. Jangan terlalu longgar atau kencang
3. Jangan biarkan ujung sisa pembalut terurai
4. Lebih lebar dari besar luka
5. Jangan menutup luka pada ujung jari
6. balut dari arah dasar ke atas mengarah ke arah jantung khusus untuk anggota gerak. 
7. Jangan merubah letak posisi 
8. Kerapihan
9. Setelah dilakukan pembalutan, periksa gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) dengan cara :
a. Gerakan adalah menyruh penderita untuk melakukan gerakan sederhana.
b.  Sensasi adalah pemeriksa melakukan tes rasa raba.
c.  Sirkulasi adalah pemeriksa melakukan pemeriksaan nadi pada bagian distal dari daerah yang dibalut. 



































 

LUKA BAKAR 

Sebab :
  Panas
  Kimia
  Listrik
  Radiasi
PENGGOLONGAN 
Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :
1.  Luka bakar superfisial (derajat satu) 
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis).
Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak

2.  Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)
Meliputi  lapisan paling  luar kulit   yang rusak dan  lapisan dibawahnya  terganggu. Luka bakar  jenis  ini paling sakit  ,
ditandai  dengan  gelembung-gelembung  pada  kulit  berisi  cairan,  bengkak,  kulti  kemerahan  atau  putih,  lembab  dan
rusak.
3.  Luka bakar derajat tiga
Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam. Luka bakar ini paling berat dan
ditandai  dengan  kulit  biasanya  kering,  pucat  atau  putih,  namun  dapat  juga  gosong  dan  hitam.Dapat  diikuti  dengan
mati rasa karena kerusakan saraf. Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat
tiga tidak menimbulkan nyeri
DERAJAT BERAT LUKA BAKAR 
Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan
lokasinya.
Luka bakar ringan
  Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
  Luka bakar derajat dua kurang dari 15%
  Luka bakar derajat satu kurang dari 50%
Luka bakar sedang
  Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
  Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%
  Luka bakar derajat satu lebih dari 50%
Luka bakar berat
  Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang
  Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
  Luka bakar derajat tiga di atas 10%
  Luka bakar derajat dua lebih dari 30%
  Luka bakar yang disertai cedera alat gerak
  Luka bakar mengelilingi alat gerak
P ENATALAAKSANAAN LUKA BAKAR
Beberapa penyulit pada luka bakar adalah :
1.  Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun. Penanganan kelompok usia
ini biasanya lebih sulit.
2.  Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.
Penatalaksanaan luka bakar
  Keamanan keadaan
  Keamanan penolong dan orang lain
1.  Hentikan proses  luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang  terkena. Bila ada bahan kimia alirkan air  terus
menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit
2.  Buka pakaian dan perhiasan
3.  Lakukan penilaian dini
4.  Berikan pernapasan buatan bila perlu
5.  Tentukan derajat berat dan luas luka bakar
6.  Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya. Bila yang terbakar
adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersendiri
7.  Upayakan penderita senyaman mungkin








 

CEDERA SISTEM OTOT RANGKA

PATAH TULANG ( FRAKTUR)
Patah Tulang :    terputusnya  jaringan    tulang baik sebagian atau seluruhnya. Cedera dapat  terjadi sbb.  :gaya  langsung  , 
gaya tidak langsung, gaya puntir 
Gejala danTandanya
1.perubahan bentuk          6. Memar
2.nyeri dan kaku          7. ujung tulang terlihat
3.pembengkakan          8. sendi terkunci
4.terdengar suara berderik pada daerah yang patah.
5.gangguan peredaran darah dan saraf

Digolongkan menjadi :
 Patah tulang terbuka (berhubungan dengan luka terbuka) 
 Patah tulang tertutup.

CERAI SENDI/URAI SENDI (DISLOKASI)
Dislokasi  :   keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi  atau keluarnya ujung  tulang dari sendinya. Hal  ini disebabkan
karena sendi terenggang melebihi batas normal.
Gejala dan Tanda
terbatas pada daerah sendi.

TERKILIR
Terkilir  sendi  (sprain)  :  robeknya/  terputusnya  jaringan  ikat  sekitar  sendi  karena  sendi  terenggang  melebihi  batas
normal.
Penyebab
Terpeleset dan gerakan yang salah
Gejala  dan Tanda 
  nyeri bengkak, bengkak, nyeri tekan, dan warna kulit merah kebiruan.
Terkilir otot (strain) : robeknya jaringan otot pada bagian tendon karena terenggang melebihi batas normal. 
Penyebab
 gerakan yang tak benar dan biasanya terjadi pada saat berolah raga.
Gejala dan Tanda 
nyeri yang tajam dan mendadak, kejang dan kaku/ kaku otot, bengkak.
Penanganan terkilir
1.  Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagain yang cedera.
2.  Tinggikan daerah yang cedera
3.  Beri kompres dingin, maksimum selama 30 menit, ulangi setiap jam bila perlu.
4.  Balut tekan dan tetap tinggikan.
5.  Bila ragu rawat sebagai patah tulang.
6.  Rujuk ke fasilitas kesehatan.
PEMBIDAIAN 
Pembidaian  :  tindakan  yang  dilakukan  dalam  penanganan  patah  tulang,  dengan  mengkondisikan  luka  agar  tidak
bergerak.
Tujuan Pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran tulang yang patah, baik terbuka maupun tertutup
2. Memberi istirahat pada tulang yang patah
3. Mengurangi rasa nyeri saat evakuasi
4. Mempercepat penyembuhan
5. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar tulang yang patah
6. Mengurangi perdarahan
Macam-macam bidai
1.  Bidai keras
2.  Bidai yang dapat dibentuk
3.  Bidai traksi 
4.  Gendongan/ belat dan bebat
5.  Bidai improvisasi
Pedoman pembidaian
1.Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Bidai diukur sesuai dengan tulang yang patah dan berpasangan
3.  Ikatan jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendor
4.  Bidai dibalut dengan pembalut sebelum dipasang
5.  Ikatan harus cukup jumlahnya mulai dari atas sampai bawah luka
6.  Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai

 

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA 


CEDERA KEPALA
Cedera kepala : semua benturan atau ruda paksa pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan tergangunya fungsi otak
baik ringan maupaun berat.
Penyebab : benturan benda tumpul dengan kepala.
Pembagian Umum
- Cedera kepala sederhana    - patah tulang tengkorak
- cedera otak.
Gejala dan tanda
- Perubahan respon    - gangguan pernafasan    - sakit kepala
- mual & muntah    - gangguan penglihatan    - pupil tidak simetris
- kejang      - perubahan tanda vital    - nyeri disekitar cedera
- luka di kepala    - kehilangan rasa    - periode hilang kesadaran
- postur abnormal.
- memar di belakang telinga/ di sekeliling mata 
Penanganan
1.  Penilaian dini        5. berikan oksigen
2.  baringkan & istrahatkan      6. tutup & balut luka
3.  imobilisasi kepala & leher    7. periksa tanda vital secara berkala
4.  hentikan perdarahan      8. rujuk ke fasilitas kesehatan
CEDERA SPINAL 
Cedera spinal : semua cedera yang berhubungan dengan tulang belakang.
Gejala dan tanda 
- perubahan bentuk pada kepala/ leher /tulang punggung     - kelumpuhan alat gerak
- nyeri pada saat bergerak/ tidak           - mati rasa/ kesemutan
- BAK & BAB tidak terkontrol           - sulit bernafas
- priapismus.
Penanganan
1.  Analisa mekanisme terjadinya cedera  6. pertahankan stabilisasi leher sampai selesai
2.  fiksasi & pasang  neck collar    7. imobilisasi papan spinal  atau alas keras
3.  penilaian dini        8. periksa tanda vital penderita selama perjalanan
4.  beri oksigen        9. rujuk ke rumah sakit
5.  pemeriksaan fisik
CEDERA LEHER 
Gejala dan Tanda
- Luka terbuka/ memar pada daerah leher      - tenggorokan bengkok
- sukar bicara/kehilangan suara/ perubahan suara    - sumbatan jalan nafas
- dapat teraba udara di bawah kulit di sekitar leher.
Penanganan
1.  Penilaian dini
2.  tutup luka terbuka ( dengan tangan, lalu pasang penutup kedap yang dilapisi penutup tebal)
3.  baringkan penderita miring ke kiri
4.  bila ada benda menancap jangan dicabut
5.  rawat syok bila ada
6.  hati-hati ditemukan udara di bawah kulitrujuk ke rumah sakit.
CEDERA DADA 
Gejala dan Tanda Umum
- Sesak napas / sukar bernapas    - Nyeri di daerah cedera
- Nyeri pada saat bernapas      - Gejala lainny sesuai denagn jenis cederanya
Cedera Dada Tertutup : kulit pada daerah dada tidak ikut terbuka.


Penanganan
1.  Lakukan penilaian dini, buka jalan nafas      4. Biarkan pasien pada posisi paling
2. Nilai pernafasannya,berikan oksigen bila perlu        nyaman
3. Hentikan perdarahan          5. Pantau tanda vital
Cedera Dada Terbuka  :  kulit  dada  terbuka  ada  kemungkinan  terjadinya  hubungan  antara  udara  rongga  dada  dengan
udara luar.
Penanganan
1. Lakukan penilaian dini        5. Selanjutnya seperti penanganan pada 
2. Jangan mencabut bila ada benda yang menancap      cedera dada lainnya
3. Tutup luka dengan penutup kedap     6. rawat syok
4. Ingat prinsip luka tusuk        7. rujuk ke RS
 

PEMINDAHAN PENDERITA (EVAKUASI )

Evakuasi : pengangkutan/pemindahan korban/penderita kecelakaan  /bencana dari  tempat  terjadinya kecelakaan/bencana
ke tempat yang lebih aman.
Prinsip Dasar Evakuasi
1.  Jangan dilakukan jika tidak mutlak perlu
2.  Lakukan sesuai dengan teknik yang baik dan benar
3.  Kondisi fisik penolong harus baik dan terlatih
Dasar melakukan pemindahan atau evakuasi korban
  Aman, keamanan korban perlu mendapat perhatian dengan memeriksa dan memelihara secara berkala. 
  Stabil, korban harus tetap stabil terhindar dari goncangan atau gerakan.
  Cepat, korban dipindahkan secepat mungkin dengan tetap menjaga keamanan dan kestabilan selama evakuasi.
  Pengawasan korban, pengawasan selama evakuasi perlu dilakukan secara periodik.
  Pemeliharaan udara agar tetap segar
Tujuan evakuasi
  Menjaga korban senyaman mungkin
  Mencegah korban bertambah parah
  Mencegah penolong cedera atau terkilir
Penggolongan Evakuasi
Berdasarkan masalah keselamatan, dan pengangkatan, pemindahan penderita digolongkan menjadi 2 bagian :
1.  Pemindahan darurat.
Tindakan ini dilakukan bila :
- Ada yang berbahaya langsung yang mengancam penderita.
- Memperoleh jalan masuk atau penderita lainnya.
- Kesulitannya penolong dalam melakukan pertolongan yang sifatnya segera.
Beberapa macam pemindahan darurat :
- menarik dengan selimut       - menggendong
- menarik kemeja / pakaian penderita    - memapah
- menarik dengan kain / bahan lembaran    - menarik dengan merangkak
- menarik dari ketiak / lengan      - menjulang
Contoh keadaan yang memerlukan pemindahan darurat :
-  Kebakaran atau ancaman kebakaran.
-  Ledakan atau ancaman ledakan.
-  Ketidakmanpuan  untuk  melindungi  penderita  dari  bahaya  lain  seperti  bangunan  yang  tidak  stabil,  mobil
terguling, dll.
-  Terpaksa memindahkan penderita untuk mencapai penderita yang lain.
-  Ketika  tindakan  tidak  dapat  dilakukan  karena  lokasi  atau  posisi  penderita.  Seperti  seseorang  yang mengalami
henti napas, henti jantung, RJP harus dilakukan pada posisi terlentang diatas alas yang keras.
Bahaya  terbesar  dalam melakukan  pemindahan  darurat  adalah  kemungkinan membuat  cedera  spinal menjadi  lebih
parah. Berikan perlindungan spinal sebanyak mungkin.

2. Pemindahan biasa.
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap penolong dan penderita, maka penderita dapat dipindahkan bila semuanya
telah siap. Bila ada kecurigaan cedera spinal gunakan bidai leher sebelum dipindahkan.
Pemindahan  biasa  dilakukan  jika  penolong  sudah  melakukan  penilaian  awal  sudah  dilakukan  dengan  lengkap,
denyut nadi dan napas stabil, perdarahan sudah dikendalikan, tidak ada cedera leher, patah tulang sudah diimobillisasi. 
Posisi penderita
Selain  masalah  pemindahan  penderita,  hal  lain  yang  perlu  di  perhatikan  adalah  bagaimana  mengatur  posisi
penderita. Secara umum dapat dikatakan bawah posisi penderita  tergantung dari cedera yang dialami dan keadaan pada
saat itu.
Beberapa pedoman untuk memposisikan penderita :
-  Penderita dengan syok, letakan dalam posisi syok jika tidak ditemokan tanda cedera pada tungkai atas (patah tulang)
dan tulang belakan. Tinggikan tungkai sekitar 20-30 cm
-  Penderita denga gangguan pernapasan, posisikan duduk  atau  setengah duduk. Penderita  ini  umumnya  ingin berada
dalam posisi duduk.
-  Penderita denga nyeri perut, posisikan tidursatu sisi denga tungkai ditekuk.
-  Penderita yang muntah-muntah, posisikan denga nyaman dan awasi jalan napas.
-  Penderita  trauma,  terutama  tersangka  cedera  spinal  harus  seegera  distsbilkan  dan  immobilisasi  denga  papan  spinal
panjang.
-  Penderita  tidak  ada  respon  dan  tidak  ditemukan  atau  tidak  dicurigai  ada  cerera  spinal  atau  cedera  berat  linnya
posisikan miring stabil/pemulihan.
-  Posisi nyaman, bila cedera tidak menggangu.
Posisi terbaik melakukan pemindahan tergantung kondisi saat itu.
Persyaratan evakuasi
Sebelum melakukan pemindahan korban perlu diperhatikan:
- Kondisi bahaya tempat  - kondisi korban 
- Ukuran korban  - kemampuan fisik diri , dll
Korban yang akan dipindahkan harus sudah dalam keadaan siap diangkut, artinya:
  Korban tenang dan keadaan umumnya cukup baik
  Tidak ada gangguan pernafasan
  Pendarahan sudah diatasi dengan baik
  Luka sudah dibalut
  Patah tulang sudah dibidai
MACAM EVAKUASI 
Evakuasi Tanpa Alat
1. Dilakukan Oleh Satu Orang Penolong



























Keterangan:
No 1. Dilakukan Dilakukan  pada korban yang sadar tetapi tidak bisa berjalan sendiri dan tidak mengalami patah tulang
No  2.  Dilakukan  pada  korban  yang  tidak  mampu  berjalan  sendiri  atau  lemas,  korban  sadar  tapi  hanya  mampu
menggantungkan tangannya secara pasif ke leher penolong dan tidak mengalami patah tulang.
No 3. Dilakukan pada korban yang sadar, mampu berjalan, tetapi masih membutuhkan sedikit bantuan dari penolong
No  4. Dilakukan  pada  korban  yang  tidak  sadar,  tanpa  bantuan  orang  lain  dan  biasanya  untuk menolong  korban  yang
terkurung kebakaran dalam gedung.
No 5. Digunakan untuk mengangkut korban/penderita yang sadar tetapi lemah dan tidak ada patah tulang, melalui lintasan
yang sempit (terowongan/gorong-gorong).
No 6. Dilakukan untuk memindahkan korban yang tidak sadar dan tidak mengalami patah tulang.

2. Dilakukan oleh dua penolong












Keterangan :
No 1. Dilakukan pada korban yang sadar, mampu berjalan tetapi membutuhkan sedikit bantuan penolong.
No 2. Digunakan untuk mengangkut korban melewati lorong sempit.
No 3. Dilakukan pada korban yang sadar tetapi lemah, tidak bisa berjalan karena lumpuh atau luka
No  4. Dilakukan  pada  korban  sadar  tapi  sama  sekali  tidak  bisa  berjalan.  Berfungsi  untuk memindahkan  korban  dari
tempat kejadian ke atas tandu atau dari tandu ke tempat tidur RS.
1. Digendong
2. Dibopong
3. Dipapah
4. Dipanggul /
menjulang
5. Rangkak Harimau
6. Menarik (Ruefek)
1. Dipapah
2. Ketiak Lutut
3. Kursi Tandu
4. Lintang Dada 
3. Dilakukan oleh tiga/lebih penolong
Dengan cara lintang dada:
Caranya  sama  dengan  pangangkutan  oleh  dua  penolong,  hanya  bedanya  dilakukan  oleh  tiga  orang  atau  lebih.
Cara  ini  sangat baik untuk  pertolongan  atau mengangkut korban yang menderita patah  tulang. Apabila penolong  ada
empat maka salah satu penolong berhadapan dengan penolong tengah yang bersifat membantu saja. 

Evakuasi dengan alat
1.  Tandu
Jenis-jenis tandu
- Tandu Spinal Panjang    - Tandu Trolly
- Tandu Spinal Pendek    - Tandu Poole & Kanvas
- Tandu Basket      - Tandu Kursi
- Tandu Scoope      - Tandu Lipat
- Tandu Furley
- Tandu Beroda
-Tandu Darurat : tandu yang terbuat dari bahan bambu maupun kayu sebagai alat pengangkutan sederhana. Tandu
darurat memiliki ukuran: 
Panjang   : 225 cm
Lebar    : 60 cm
Panjang tali  : 20 m
Terdiri dari 5 simpul silang dengan 8 simpul jangkar dan 4 simpul pangkal.
  - Tandu Improvisasi :
  Tandu Kemeja / Jaket  Tandu Sarung / Karung  
  Tandu Selimut
2.  Sepeda
3.  Sepeda Motor
4.  Ambulance
5. Mitela

TRANSPORTASI 
Aturan umum untuk setiap alat angkut yang akan digunakan untuk membawa penderita
a.  Penderita dapat terlentang.
b.  Cukup luas penderita dan penolong melakukan tugasnya.
c.  Cukup tinggi sehingga petugas dapat melakukan RJP sambil jalan.
Syarat  diatas  tersebut  hanya  patokan.  Di  lapangan  ada  kemungkinan  tidak  menemukan  kendaraan  yang
memenuhi syarat tersebut diatas. Ini bukan berarti bahwa penderita tidak dapat dibawa, namun perhatian dan penilaian
berkala perlu dilakukan lebih sering
Langkah-langkah mempersiapkan penderita untuk ditransportasi :
1.  Lakukan penilaian berkala, pastikan penderita bernapas dengan baik.
2.  Pastikan tandu yang dipakai terikat dengan baik dalam kendaraan.
3.  Pastikan juga penderita diikat dengan baik diatas tandu. Ada kemungkinan posisi penderita harus diubah dalam
perjalanan.
4.  Bersiaplah menghadapi komplikasi.
5.  Kendorkan pakaian yang mengikat.
6.  Periksa pembalutan.
7.  Periksa pembidaian.
8.  Bawalah keluarga penderita, yang dapat membantu menenangkan penderita. 
9.  Bawalah barang-barang penderita. Dompet misalnya diperlukan karena biasanya berisi identitas penderita.
10. Tenangkan  penderita.  Ini  merupakan  proses  yang  berkelanjutan,  adakalanya  saat  kita  mulai  memindahkan
penderita pada saat itulah penderita mulai merasa cemas dan takut.

Perawatan penderita selama perjalanan
1.  Bila mungkin kabari fasilitas kesehatan yang kita tuju.
2.  Lanjutkan  perawatan  penderita.  Pada  beberapa  keadaan  pertolongan  yang  dilakukan  di  lapangan  hanya
dilakukan  secara cepat, sehingga sebagai penolong pekerjaan  ini harus diselesaikan dalam perjalanan menuju
fasilitas kesehatan.
3.  Cari data tambahan bila penderita respon.
4.  Lakukan penilaian berkala.
5.  Periksa ulang pembalutan dan pembidaian.
6.  Jaga jalan napas agar tetap terbuka (airways).
7.  Bercakaplah dengan penderita bila ia sadar.
8.  Beritahukanlah  kepada  supir  bila  ada  hal-hal  dalam  cara membawanya  yang  dapat mempengaruhi  keadaan
penderita.
9.  Bila terjadi henti jantung maka sebaiknya berhenti dan lakukan RJP. 


 
Memindahkan korban dari usungan ke tempat tidur
1.Tandu  yang  berisi  korban  diturunkan  lebih  kurang  1 meter  dari  tempat  tidur  dengan  posisi  sejajar  dengan  tempat
tidur.
2.Tempat tidur dibereskan terlebih dahulu.
3.Ketua regu segera memberi aba-aba memindahkan korban.
4.Tiga  orang  petugas  segera  berjajar  menghadap  tandu  dengan  posisi  kuat  berada  pada  bagian  kepala/dada.  Satu
petugas menempatkan diri di hadapan petugas tengah.



























































 

INCIDENT COMMAND SYSTEM DAN TRIAGE 


INCIDENT COMMAND SYSTEM (ICS) 
Di sini  tidak  akan dijelaskan  secara  rinci mengenai hal  ini karena bahasan  ini merupakan suatu  topik pelatihan
sendiri. Perlu diketahui oleh penolong  bahwa sistem ini sebenarnya sudah ada dan baku, pelaksanaannya tergantung dari
masing-masing daerah. 
Di  Indonesia  ICS  ini  sering  dikenal  sebagai  POSKO,  yang  tugas  dasarnya  adalah mengatur  penanggulangan
korban  banyak  atau  bencana.  Bagaimana  melakukan  pemilahan  korban,  bagaimana  dan  kemana  korban  di  evakuasi,
menggunakan  apa,  siapa  yang  bertugas  di mana,  kemana  dan  semua  hal  lain  yang  berhubungan  dengan  pengaturan  di
lokasi.
Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian rupa sehingga ada :
☻  Daerah triage : Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.
☻  Daerah  pertolongan  :  Setelah  pasien  ditentukan  triagenya maka  dipindahkan  ke  daerah  penampungan  di mana
pertolongan diberikan.
☻  Daerah transportasi : Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk mengevakuasi para
korban, termasuk pencatatan data pengiriman korban.
☻  Daerah  penampungan  penolong  dan  peralatan  :  Pada  daerah  ini  para  penolong  yang  baru  datang  atau  sudah
bekerja berkumpul, di data dan di atur pembagian kerjanya. Bila kejadiannya besar maka daerah penampungan
juga diperlukan untuk peralatan, barang-barang lainnya.

Peran Penolong Pertama
Sebagai  penolong  kita  harus  mengetahui  sistem  yang  ada,  terutama  apa  yang  harus  dilakukan  pada  fase  awal,  pada
dasarnya penolong harus :
1.  Mendirikan Posko dan komandonya
2.  Menilai keadaan
3.  Meminta bantuan sesuai keperluan
4.  Mulai melakukan triage

Penilaian keadaan
Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang paling penting dilakukan adalah
menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan kepada perorangan. Nilai hal-hal sebagai berikut :
1.  Keadaan
2.  Jumlah penderita
3.  Tindakan khusus
4.  Sumber daya yang kira-kira akan diperlukan
5.  Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi
6.  Berapa banyak sektor yang diperlukan
7.  Wilayah atau areal penampungan
Buat suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan keperluan.
TRIAGE 
Triage berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam dunia medis istilah ini dipergunakan untuk
tindakan pemilahan korban berdasarkan prioritas pertolongan atau transportasinya.
Prinsip utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera atau keadaan yang berat namun
memiliki harapan hidup. 
Salah  satu metode  yang paling  sederhana dan umum digunakan  adalah metode  S.T.A.R.T  atau Simple Triage
and Rapid Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori :
1.  Prioritas 1 – Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaannya seperti gangguan jalan napas,
gangguan pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status mental
2.  Prioritas 2 – Kuning 
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami keadaan  seperti  luka bakar  tanpa
gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera punggung.
3.  Prioritas 3 – Hijau
Merupakan  kelompok  yang  paling  akhir  prioritasnya,  dikenal  juga  sebagai  ‘Walking Wounded”  atau  orang  cedera
yang dapat berjalan sendiri.
4.  Prioritas 0 – Hitam 
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan.
Pelaksanaan  triage  dilakukan  dengan  memberikan  tanda  sesuai  dengan  warna  prioritas.  Tanda  triage  dapat
bervariasi  mulai  dari  suatu  kartu  khusus  sampai  hanya  suatu  ikatan  dengan  bahan  yang  warnanya  sesuai  dengan
prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah ditentukan. Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh
perawatan maka label  lama jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru. 


 
Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T 
Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai berikut :
1.  Kumpulkan semua penderita yang dapat  / mampu berjalan sendiri ke areal yang telah ditentukan, dan beri mereka
label HIJAU.
2.  Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
3.  Pernapasan :
a.  Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH.
b.  Bila penderita  tidak bernapas maka  upayakan membuka  jalan napas dan bersihkan  jalan napas  satu  kali, bila
pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila tidak beri HITAM.
c.  Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler.
4.  Waktu pengisian kapiler :
a.  Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar bila ada.
b.  Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
c.  Bila  penerangan  kurang maka  periksa  nadi  radial  penderita.  Bila  tidak  ada maka  ini  berarti  bahwa  tekanan
darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah menurun.
5.  Pemeriksaan status mental :
a.  Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
b.  Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri MERAH.
c.  Bila mampu beri KUNING.
 
Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir segera lanjutkan ke penderita berikut. 

Bagan Pelaksanaan Triage












































Penderita dapat
berjalan
Penderita
bernapas 
setelah jalan
napas
dibuka
Penderita
bernapas ?
Frekuensi
Pernapasan
Status
mental
perintah
sederhana ?
Waktu
pengisian
kapiler
HIJAU
TIDAK
TIDAK  YA
KUNING
≥ 2
menit
< 2 menit
≥ 30 x  YA
YA
< 30
x
MERA
H
YA
HITAM
TIDAK
TIDAK 

KEDARURATAN MEDIS 


Gejala
- Demam      - rasa haus & lapar yang berlebihan/ rasa aneh pada mulut.
- Pusing      - Nyeri
- Sesak      - Mual, muntah
- BAK berlebihan/ tidak sama sekali

Tanda
- Perubahan status mental (tidak sadar, bingung),  - Perubahan irama jantung
- Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil    - Perubahan irama pernafasan
- Bau khas dari mulut dan hidung       - Perubahan keadaan kulit
- Aktivitas otot tidak normal, misalnya kejang     - Perubahan tekanan darah
- Mual, muntah atau diare




 
Read more...