Pertolongan Pertama



DASAR PERTOLONGAN PERTAMA

Pertolongan pertama : pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera  / kecelakaan yang memerlukan
penanganan medis dasar.
Medis Dasar : Tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran  yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih
secara khusus.
Tujuan PP
Menyelamatkan jiwa penderita, mencegah cacat, memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan. 
Dasar Hukum
Pasal 531 KUH  Pidana
” Barang  siapa menyaksikan  sendiri  ada  orang  di  dalam  keadaan  bahaya maut,  lalai memberikan  atau mengadakan
pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannyua dengan tidak akan menguatirkan,
bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp  4.500,-.  Jika  orang  yang  perlu  ditolong  itu mati,  diancam  dengan  : KUHP  45, 165,  187,  304  s,  478,
525,566”
Prinsip PP 
P = Penolong mengamankan diri sendiri sebelum menolong korban
A = Amankan korban dari tempat kejadian
T = Tandai tempat kejadian
U = Usahakan secepat mungkin mencari bantuan (RS, yg berwajib, dll)
T = Tindakan pertolongan pertama dengan cepat dan tepat
Pelaku PP
Pelaku  pertolongan  pertama  :  penolong  yang  pertama  kali  tiba  di  tempat  kejadian,  yang memiliki  kemampuan  dan
terlatih dalam penanganan medis dasar.
Kewajiban pelaku PP
a.  Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya
b.  Menjangkau penderita
c.  Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
d.  Meminta bantuan/rujukan
e.  Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan penderita
f.  membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g.  Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita
Kualifikasi pelaku PP
a.  Jujur dan Bertanggung jawab
b.  Berlaku profesional
c.  Kematangan emosi ( sabar, tidak gugup, dan tidak panic)
d.  Kemampuan bersosialisasi
e.  Kemampuan nyata terukur
f.  Kondisi fisik baik
g.  Mempunyai rasa bangga
Prioritas PP
1.  Kuasai kondisi tempat kejadian
2.  Pernafasan
3.  Pendarahan/perdarahan
4.  Kesadaran
5.  Infeksi dan cacat
Peralatan PP
Peralatan dasar :
APD (Alat Perlindungan Diri)
1  Sarung Tangan Lateks      4. Masker Penolong
2  Kaca Mata Pelindung      5. Masker Resusitasi
3  Baju Pelindung        6. Helm
Peralatan pertolongan pertama , yaitu : 
1  Cairan pembersih luka (antiseptik) 
2  Penutup luka 
3  Pembalut luka 
4  Peralatan stabilisasi korban
5  Plester, gunting perban, pinset, kapas,. senter, selimut, tensimeter, kartu penderita, alat tulis, oksigen, tensimeter,
stetoskop.






 

ANATOMI

Ilmu faal (fisiologi) : ilmu yang mempelajari fungsi alat-alat tubuh makhluk hidup.
Anatomi : ilmu yang mempelajari susunan tubuh  dan bentuk tubuh makhluk hidup.

Posisi Anatomis :             Rongga  Tubuh
1.  Bidang Medial          1. Rongga Tengkorak
2.  Bidang Frontal          2. Rongga tulang belakang
3.  Bidang Tranversal        3. Rongga dada
                4. Rongga perut
Bagian Tubuh            5. Rongga panggul
1.  Kepala
2.  Leher
3.  Batang tubuh
4.  Anggota gerak atas
5.  Anggota gerak bawah
Pembagian Rongga Perut
1.  Kwadran kanan atas : hati, kandung empedu, pancreas dan usus
2.  Kwadran kiri atas : organ lambung, limpa dan usus
3.  Kwadran kanan bawah : organ usus terutama usus buntu
4.  Kwadran kiri bawah : terutama usus
TUBUH MANUSIA
Sel : bagian terkecil dari makhluk hidup
Jaringan : Kumpulan dari sel-sel yang menyatu dengan bentuk , besar dan fungsi yang sama
Organ : kumpulan bermacam jaringan yang bersatu dengan fungsi tertentu
Sistem Tubuh : susunan dari organ-organ yang mempunyai fungsi tertentu
SISTEM RANGKA
Sistem rangka dibagi menjadi 5 bagian :
a.  Tulang kepala
b.  Rangka dada
c.  Tulang belakang
d.  Tulang anggota gerak atas
e.  Tulang anggota gerak bawah
Bentuk dan  struktur tulang ada 5 macam :
a. Tulang panjang/tulang pipa seperti tulang paha, tulang atas, tulang kering,dll.
b. Tulang pendek seperti tulang jari, ruas tulang belakang.
c. Tulang pipih misalnya tulang rusuk, tulang tengkorak, dll.
d. Tulang tidak beraturan seperti tulang pergelangan tangan.
e. Tulang sesamoid seperti tulang tempurung lutut.
Fungsi Rangka:
a. Memopang  dan menahan bagian tubuh
b. Melindungi bagian tubuh yang lunak/bagian dalam
c. Tempat melekatnya otot
d. Alat gerak pasif
e. Memberi bentuk bangunan tubuh
f. Tempat pembentukan sel darah merah
SISTEM OTOT
Sistem otot :  suatu organ/alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak 
1. Otot Rangka / Otot Lurik
o  Disebut otot  rangka  karena  kebanyakan otot    ini melekat pada  rangka dan bergerak  aktif  untuk menggerakkan
bagian rangka
o  Bergerak berdasarkan perintah otak
Susunan otot rangka tubuh
a.  Otot-otot kepala        g. Otot-otot pangkal lengan atas
b.  Otot-otot bagian leher      h. Otot-otot lengan bawah
c.  Otot-otot bahu        i. Otot-otot sekitar panggul
d.  Otot-otot dada        j. Otot-otot tungkai atas
e.  Otot-otot perut        k. Otot-otot tungkai bawah
f.  Otot-otot punggung
2. Otot Polos
o  melakukan pekerjaan tubuh dibawah sadar
o  bekerja berdasarkan rangsangan
3. Otot Jantung
o  merupakan perpaduan antara otot polos dan otot lurik
o  memiliki sistem listrik sendiri
o  dapat mengatur irama dan frekuensinya sendiri tanpa pengaruh otak 
SISTEM PERNAPASAN
Proses pernapasan
1.  Pernapasan Dalam : pertukaran gas yang terjadi didalam jaringan 
2.  Pernapasan Luar : pertukaran O2 dan CO2 didalam paru-paru.
Susunan              Fungsi Pernapasan
1  Mulut dan Hidung       1. Mengambil O2  sebagai zat pembakar
2  Tekak (Faring)        2. Mengeluarkan CO2   sebagai sisa pembakaran
3  Pangkal Tenggorok (Laring)        melalui paru-paru
4  Batang Tenggorok(Trakea)    3. Menghangatkan dan melembabkan udara
5  Cabang Tenggorok (Bronkus)
6  Paru-Paru
7  Anak Cabang Tenggorok (Bronkeolus)
8  Alveoli ( tempat terjadinya pertukaran udara)
9  Otak
Proses Pernafasan          Cara Pernapasan
1.  Menarik Nafas (inpirasi/inhalasi)        1. Pernapasan Dada
2.  Menghembuskan Nafas (ekspirasi/ekshalasi)      2. Pernapasan Perut
SISTEM SIRKULASI DARAH
1.  Jantung
    Jantung adalah organ berupa otot dan berbentuk kerucut dengan puncaknya di bawah dan dasarnya di atas. Jantung bekerja di
luar kemauan kita karenadipengaruhi  susunan saraf otonom. Jantung bagian kiri menerima darah yang  kaya oksigen dari paru-paru
dan memeruskannya  ke  seluruh  tubuh. Bagian  kanan  jantung menerima  kembali  darah  dari  seluruh  tubuh  dan meneruskannya  ke
paru-paru untuk dibesihkan. Jantung  terdiri dari 4 bagian dan masing-masing bagian memiliki katup satu arah sehingga darah yang
sudah dipompa keluar dari bagian tersebut tidak akan masuk kembali. Setiap kali berdenyut, jantung memompa keluar sekitar 70 – 80
ml darah.
2.  Pembuluh Darah
Pembuluh darah nadi (Arteri)    Pembuluh darah balik (Vena)
  - jantung → seluruh tubuh      - organ tubuh → jantung
  - berdinding tebal dan elastis      - memiliki katup yang mencegah darah mengalir
  - darah berwarna merah terang (kadar      menjauhi jantung
    O2  tinggi)
Pembuluh darah rambut (Kapiler)
  - arteri → pembuluh kapiler → set→ pembuluh kapiler → Vena
  -  Fungsi  :  alat  penghubung  arteri  dengan  vena,  tempat  pertukaran  zat  antara  darah  dan  cairan  jaringan,
mengambil hasil kelenjar, menyerap zat nutrisi di usus, menyaring darah di ginjal
3. Darah dan Komponennya
Fungsi darah
1. Membantu pembekuan darah bila terjadi luka      4. Pertahanan tubuh
2. Mengatur suhu tubuh
3. Alat pengangkut O2, CO2, zat nutrisi, dan zat tidak berguna
Peredaran Darah
►  Peredaran darah kecil : Jantung → paru-paru → jantung
►  Peredaran darah besar : Jantung → pembuluh nadi → semua bagian tubuh → pembuluh balik → jantung
Denyut Nadi
a.  Leher ( Carotis )
b.  Lengan atas ( Brachialis )
c.  Pergelangan Tangan ( Radialis )
d.  Lipat paha ( femoralis )
SISTEM SARAF
Sistem Saraf : organ yang berfungsi untuk melakukan koordinasi dan kerjasama dengan bagian tubuh.
Fungsi sistem saraf 
1.  Sensorik (menerima rangsang) dilakukan oleh organ panca indera.
2. Motorik  :  mengatur  tubuh  bergerak,integrasi  (gabungan),  mengatur  kesadaran,  ingatan/ingatan/bahasa/emosi,
mengendalikan system lain tubuh. 
Pembagian sistem saraf 
1.  Susunan saraf pusat, terdiri dari : otak, bumbung saraf tulang belakang.
2.  Susunan saraf tepi, terdiri dari susunan saraf somatis dan susunan saraf ototnom.
SISTEM PENCERNAAN
Saluran pencernaan : saluran yang menerima makanan dari  luar untuk diserap oleh  tubuh dengan jalan dicerna (proses
telan, kunyah dan mencampur) dengan bantuan enzim dan zat cair mulai dari mulut sampai anus. 
Susunan          Organ Getah Pencernaan
1.  Mulut            a. Kelenjar ludah
2.  Tekak            b. Kelenjar getah lambung
3.  Kerongkongan          c. Kelenjar hati
4.  Lambung          d. Kelenjar pankreas
5.  Usus Halus          e. Kelenjar getah usus
6.  Usus Besar
 
Fungsi
Mengolah makanan menjadi zat gizi yang kemudian dapat diserap ke dalam darah

SISTEM ENDOKRIN
Kelenjar  endokrin  :  kelenjar  yang mengirimkan  hasil  sekresinya  ke  dalam  darah  tanpa melalui  suatu  saluran.  Hasil
sekresi ini disebut hormon. 
Fungsi sistem endokrin
-  Menghasilkan hormone untuk jaringan tubuh
-  Mengendalikan kerja kelenjar tubuh
-  Merangsang kerja kelenjar tubuh
-  Merangsang pertumbuhan jaringan
-  Mengatur metabolisme, oksidasi dan meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus
-  Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, karbohirat, vitamin, mineral dan air.
SISTEM KEMIH (URANARIUS)
Sistem kemih  : proses penyaringan darah  untuk menyerap  zat  yang digunakan  tubuh dan membebaskan dari  zat  yang
tidak digunakan tubuh.
Susunan
-  Ginjal      - Kandung Kemih
-  Ureter      - Uretra
KULIT 
Kulit : lapisan jaringan pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, dan yang berhubungan dengan
selaput lender yang melapisi rongga-rongga lubang masuk.
Fungsi kulit            Susunan
a.  Mencegah cedera mekanik, kimia          1. Lapisan kulit ari
b.  Perlindungan terhadap mikroorganisme          2. Lapisan kulit jangat
c.  Mempertahankan suhu tubuh            3. Lapisan bawah kulit
d.  Mengatur keseimbangan cairan
e.  Alat rangsangan rasa dari luar
f.  Alat indera : raba, tekanan, suhu dan nyeri. 
PANCA INDRA
Panca indera : organ untuk menerima jenis rangsangan tertentu. 
Jenis-jenis Panca Indera
  Indera penglihatan 
  Indera pendenganran
  Indera penciuman 
  Indera pengecap
  Indera peraba

SISTEM REPRODUKSI
Fungsi organ reproduksi
- Organ pengembangbiakan
-  Testis menghasilkan sperma
- Ovairum menghasilkan ovum
- Menghasilkan hormon yang membentuk sifat laiki-laki dan perempuan. 






















 

PENILAIAN

LANGKAH PENILAIAN
1.  Penilaian keadaan (Sceen Assessment)
mencakup: 
  Bagaimana kondisi saat itu ?
  Kemungkinan apa saja yang terjadi ? 
  Bagaimana cara  mengatasinya ?
  Di lokasi, penolong harus: 
1 Memastikan keselamatannya, penderita dan orang-orang disekitar lokasi kejadian ( memakai APD )
2 Penolong memperkenalkan diri, bila memungkinkan.
3 Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cidera) dan mulai melakukan penilain dini penderita.
4 Mengenali dan mengatasi gangguan /cidera yang mengancam nyawa.
5 Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan 
6 Minta bantuan
Informasi keadaan
a. Kejadian itu sendiri
b. Penderita (jika sadar)
c. Keluarga /saksi
d. Mekanisme kejadian
e. Perubahan bentuk yang jelas 
f. Gejala atau tanda suatu cidera / penyakit

2.  Penilaian Dini
Yaitu suatup proses mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat,
cepat dan sederhana.

Langkah-langkah penilaian dini
1. Menentukan kesan umum penderita (termasuk kasus trauma atau kasus medis)
Kasus Trauma  :  kasus  yang  biasanya  disebabkan  oleh  ruda-paksa,  yang mempunyai  tanda-tanda  yang  jelas
terlihat atau teraba, misalnya kasus perdarahan, patah tulang, penurunan kesadaran.
Kasus Medis  :  kasus  yang  diderita  seseorang  tanpa  ada  riwayat  ruda-paksa.  Pada  kasus  ini  penolong  harus
lebih berupaya mencari riwayat gangguannya.
2. Melakukan periksa respon
4 Tingkatan Respon
A = Awas = korban sadar dan mengenali keadaan lingkungan.
S = Suara = korban hanya menjawab/bereaksi apabila dipanggil atau  mendengar suara.
N = Nyeri = korban hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan penolong seperti dicubit, tekanan
pada tulang dada, dll.
  T  =  Tidak  respon  =  korban  tidak  bereaksi  sama  sekali  terhadap  rangsangan  apapun  yang  diberikan  oleh
penolong. 
3. Memastikan jalan nafas terbuka dengan baik.
Cara menentukan keadaan penderita, apakah ada respon atau tidak.
 Pasien dengan respon baik
Perhatikan  pada  saat  penderita  menjawab  pertanyaan  penolong,  adakah  gangguan  bersuara  atau  gangguan
berbicara ?
 Pasien yang tidak respon
Perlu  dilakukan  tindakan  untuk memastikan  jalan  nafas  terbuka. Bila  penderita  tidak menderita  atau  tidak  ada
kecurigaan cedera spinal gunakan teknik angkat dagu - dahi tekan. Sebaliknya bila ada kecurigaan maka gunakan
reknik perasat pendorongan rahang bawah.
4. Menilai pernafasan.
Memeriksa ada tidaknya nafas yaitu dengan cara LDR (Lihat, Dengar dan Rasakan). 
5. Memantau sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat.
Pada pemeriksaan  ini penolong menilai apakah  jantung melakukan  tugasnya untuk memompa darah ke  seluruh
tubuh. Pastikan denyutan jantung cukup baik dan tidak ada perdarahan yang membahayakan nyawa. 
Menilai  sirkulasi,  pada  penderita  respon  periksalah  nadi  radialnya  (pergelangan  tangan)  dan  pada  bayi
periksalah  nadi  brakialnya.  Pada  penderita  tidak  respon  periksalah  nadi  karotis  (leher)  kecuali  pada  bayi  tetap
periksa nadi brakial.
6. Menghubungi bantuan apabila dirasa perlu.

3. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala    5. Punggung
2.  Leher     6. Panggul
3. Dada     7. anggota gerak atas dan bawah
4.  Perut
Pada penderita cidera harus dicari adanya PLNB / DOTS 
P = Perubahan Bentuk/Deformitas = D
L = Luka Terbuka/Open Injury = O
N = Nyeri Tekan/Terdernes = T
B = Bengkak/Swelling = S
Tanda Vital
  Denyut nadi normal       Frekuensi pernapasan normal
o Bayi 120-150 x / menit      Bayi 25-50 x / menit
o Anak 80-150 x/ menit         Anak 15-30 x / menit
o Dewasa 60-90 x/ menit       Dewasa 12-20 x / menit
  Suhu tubuh normal 37o
C
  Tekanan darah normal (dewasa)    Pemeriksaan kulit
o  Sistolik  : 100-140 mmHg
o  Diastolic: 60-90 mmHg

4. Riwayat Penderita
Dilakukan melalui  wawancara. Hal  ini  sangat  diperlukan  terutama  untuk  kasus medis. Untuk memudahkan  dikenal
istilah KOMPAK:
K  = Keluhan Utama : segala sesuatu yang dikeluhkan penderita dan tanda-tanda yang ditemukan pada penderita.
O  = Obat : pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum. 
M  = Makanan : makanan/minuman terakhir
P  = Penyakit : penyakit yang diderita
A  = Alergi : alergi yang dialami
K  = Kejadian 

5.  Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan  diteruskan  secara  berkala  sebelum  mendapat  pertolongan  medis.  Mungkin  memeriksa  dari  awal  atau
mencari hal yang terlewati.
Secara umum pada pemeriksaan berkala harus dinilai kembali :
1.  Keadaan respon.
2.  Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu.
3.  Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya.
4.  Periksa kembali nadi penderita.
5.  Nilai kembali keadaan kulit.
6.  Periksa kembali dari ujung kepala hingga ujung kaki.
7.  Nilai kembali penatalaksanaan penderita.
8.  Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman.

6. Pelaporan
Semua  pemeriksaan  dan  tindakan  yang  telah  dilakukan,  dilaporkan  secara  singkat  dan  jelas  kepada  penolong
berikutnya.


























 


BHD & RJP

Mati ada 2 macam :
Mati Klinis  :  pada  korban  tidak  ditemukan  pernafasan  dan  denyut  nadi,  biasa  terjadi  dalam waktu  4-6 menit  untuk
dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati Biologis  :  kematian  sel  terutama  sel  otak  bersifat  irreversible,  biasa  terjadi  dalam waktu  8-10 menit  dari  henti
jantung.

Tanda-Tanda Mati :
1.  Lebam mayat
2.  Kaku mayat 
3.  pembusukan 
4.  Cedera mematikan
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)
Tujuan BHD
1. Mencegah berhentinya sirkulasi dan respirasi melalui pengenalan dan intervensi segera. 
2. Memberikan bantuan dari  luar  terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti  jantung dan henti
nafas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Indikasi BHD
1.  Henti nafas; dapat  terjadi pada keadaan  tenggelam, stroke, sumbatan  jalan nafas oleh benda asing, over dosis obat, 
terkena aliran listrik, trauma, koma.
2.  Henti jantung

Tindakan yang dikerjakan pada BHD; dikenal dengan singkatan ABC
A = Airway Control ( Pengusaan Jalan Nafas )
Untuk  dapat  menilai  pernapasan  seorang  penderita  harus  dibaringkan  terlentang  dengan  jalan  napas  terbuka.
Apabila korban sadar (dapat berbicara) berarti tidak ada masalah dengan jalan nafasnya. 
     Sumbatan nafas :
o  Total : sulit bernafas, memegangi leher
o  Parsial : seperti ngorok, mengi, kumur.
Dalam beberapa kasus dimana korban  tidak  ada  respon,  lidah paling  sering menjadi penyebab dari  tersumbatnya
jalan  nafas,  karena  pada  saat  kehilangan  kesadaran  otot-otot  akan  lumpuh  termasuk  otot  dasar  lidah  akan  jatuh  ke
belakang sehingga jalan nafas tertutup
 Cara untuk membebaskan jalan napas
a. Angkat Dagu – Tekan Dahi : dilakukan pada penderita yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun tulang
belakang
b. Jaw Thrust Maneuver : dilakukan pada penderita yang mengalami trauma tulang belakang


B = Breathing Support ( Bantuan Pernafasan )
Pertolongan pernafasan buatan:
a. Menggunakan Mulut Penolong    b. Menggunakan alat Bantu
  - Mulut ke masker RJP        - Kantung Masker Berkatup (BVM)
  - Mulut ke APD
  - Mulut ke mulut / hidung

Teknik pemberian nafas buatan
1.  Periksa Respon    5. Jika tidak bernafas, beri 2 - 5 kali inflasi
2.  Minta bantuan     6. Periksa nadi carotis (5 - 10 detik)
3.  Buka jalan nafas    7. Jika nadi berdenyut lanjutkan pemberian nafas buatan.
4.  LDR  3 - 5 detik

C =  Circulation Support ( Pemeriksaan Nadi )
Henti  jantung ditandai dengan  tidak adanya   denyut nadi pada arteri besar dari korban  tidak sadar.  Pemeriksaan
nadi dilakukan dengan meraba secara lembut arteri karotis korban. Bila nadi tidak teraba, lakukan  Pijatan  Jantung Luar. 
Secara umum dpt dikatakan bhw bila jantung berhenti berdenyut maka pernapasan akan langsung mengikutinya,
namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya. Seseorang mungkin hanya mengalami kegagalan pernapasan dengan jantung
yang masih berdenyut, akan tetapi dalam waktu singkat akan diikuti henti jantung karena kekurangan oksigen. Bila terjadi
demikian maka selanjutnya dilakukan tindakan RJP.

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
Resusitasi  Jantung  Paru  (RJP)  harus  dimulai  sesegera mungkin.  Tindakan  ini merupakan  gabungan  dari  ketiga
komponen A, B dan C. 
Pada orang dewasa dikenal 2  rasio yaitu  30 x pijatan  jantung  luar berbanding 2 x pernapasan buatan  (30:2) bila
penolong hanya satu orang, dan 5 : 1 bila penolongnya 2 orang. Pada bayi hanya dikenal satu rasio yaitu 5 : 1 (5 x pijatan
jantung luar berbanding 1 x pernapasan).

Sebelum melakukan RJP pada korban, penolong harus :
1.  Menentukan tidak adanya Respon
2.  Menentukan ada tidaknya pernapasan
3.  Menentukan ada tidaknya denyut nadi
  Bila penderita menunjukkan tanda-tanda pulihnya salah satu atau semua sistem, maka tindakan RJP dihentikan atau
hanya  diarahkan  ke  sistem  yang  belum  pulih  saja. Biasanya  yang  paling  lambat  pulihnya  adalah  pernapasan  spontan,
maka hanya dilakukan tindakan Resusitasi Paru (napas buatan) saja.

RJP Satu Orang Penolong
Langkah-langkahnya sbb:
1.  Tentukan korban tidak ada respon
2.  Aktifkan sistem minta bantuan
3.  Buka jalan napas dan lakukan pemeriksaan napas
4.  Lakukan bantuan napas awal dan jika perlu singkirkan benda asing dari mulut penderita
5.  Jika korban bernapas dan nadi karotis teraba, letakkan korban pada posisi miring stabil / pemulihan.
6.  Periksa nadi karotis, jika tidak ada denyutan, lakukan RJP dengan langkah-langkah sbb:
7.  Posisikan penolong dan tentukan titik pijatan
8.  Lakukan pijatan jantung, sebanyak 30 x dengan kecepatan 80 – 100 x per menit.
9.  Berikan  napas  buatan  2  x  secara  kuat-lembut,  dilakukan  setelah  30  x  pijatan  jantung  dengan  jeda waktu  tiap
tiupan sekitar 1,5 – 2 detik.
10.  Lakukan terus sampai mencapai 4 siklus dari 30 pijatan dan 2 inflasi.
11. Kemudian periksa nadi karotis korban.
12.  Jika nadi berdenyut dan napas ada, teruskan pengawasan ABC sampai bantuan datang
13.  Jika nadi berdenyut tetapi napas belum ada, maka teruskan bantuan pernapasan 10-12 x per menit, jika kemudian
nadi  tidak  berdenyut  lagi,  lakukan  lagi  RJP.  Periksa  kembali  nadi  karotis  dan  napas  setiap  2  atau  3  menit
kemudian.

RJP Dua orang penolong
Jika korban tidak ada respon, tidak bernapas dan nadi tidak teraba, setelah penolong memberikan napas awal maka: 
1.  posisi penolong saling berseberangan di atara korban.
2.  lakukan pijatan jantung, sebanyak 5 x dengan kecepatan 80 – 100 per menit
3.  berikan napas buatan satu kali perlahan-lahan.
4.  setelah satu menit RJP, lakukan pemeriksaan ulang nadi karotis
  - jika nadi berdenyut dan napas ada, teruskan pengawasan ABC sampai bantuan datang.
- Jika nadi berdenyut tetapi napas belum ada maka teruskan bantuan pernapasan 10 – 12 kali per menit
- jika kemudian nadi tidak berdenyut lakukan lagi RJP
5. Periksa kembali nadi karotis dan napas setiap 2 atau 3 menit kemudia

Skema Resusitasi Jantung Paru


Buka Jalan Napas
LDR 3 - 5 dtk
KORBAN
RESPON
ADA  TIDAK
AIRWAY
BREATHING
CIRCULATION
RJP
TIDAK  ADA
TIDAK  ADA
2x Inflasi  Posisi
Pemulihan
Posisi
Pemulihan
Cek nadi Karotis
5 – 10 dtk 

PERDARAHAN & SYOK


PERDARAHAN
Terjadi  akibat  rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh  ruda paksa  (trauma)  atau penyakit.
Ada dua macam perdarahan.
Perdarahan luar :  perdarahan yang tampak nyata keluar dari tubuh. 
Penggolongan perdarahan luar: 
 perdarahan nadi (darah merah muda keluar memancar),
 perdarahan balik (darah merah tua keluar mengalir),
 perdarahan kapiler (darah merah muda keluar perlahan).

Cara mengendalikan perdarahan luar     Cara Lain
1.  T : tekan langsung  pada luka      1. Imobilisasi dengan atau tanpa pembidaian
2.  E : elevasi            2. Torniquet
3.  T : titik tekan          3. Kompres dingin
Perdarahan dalam
disebabkan oleh benturan dengan benda  tumpul. Beberapa Perdarahan Dalam dapat dikenali, misalnya  : darah/ cairan
yang keluar dari telinga/ hidung, muntah darah, BAK & BAB campur darah, batuk darah, dll.
Penatalaksanaan Penderita
1.  Baringkan penderita        6. Jangan memberikan makan /minum
2.  Periksa dan pertahankan ABC        7. Jangan lupa menangani cedera lain
3.  Berikan Oksigen bila ada        8. segera bawa ke fasilitas kesehatan 
4.  Periksa pernapasan dan nadi scara berkala       terdekat
5.  Rawat sebagi syok
SYOK
Penyebab Syok 
  kegagalan jantung memompa darah
  kehilangan darah dalam jumlah besar
  pelebaran pembuluh darah yang luas dan dehidrasi.
Gejala dan Tanda 
a.  nadi cepat dan lemah      d. Wajah pucat
b.  nafas cepat dan dangkal      e. Pandangan mata hampa
c.  kulit pucat, dingin dan lembab    f. Perubahan keadaan mental
Penanganan syok
1)  Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
2)  Tidurkan telentang
3)  Pakaian penderita dilonggarkan dan cegah kehilangan panas tubuh dengan memberi selimut
4)  Tenangkan penderita
5)  Pastikan jalan napas dan pernapasan baik
6)  Kontrol perdarahan dan bidai patah tulang
7)  Kalau perlu beri oksigen
8)  Jangan beri makan dan minum
9)  Periksa berkala tanda vital.
10) Segera transportasi ke fasilitas kesehatan untuk rujukan.




















 

CEDERA JARINGAN LUNAK

Luka  :  terputusnya  jaringan  tubuh  oleh  kekerasan  yang  disebabkan  benda  tumpul/  tajam/ mekanis,  juga  karena  benda
panas atau suhu tinggi.


Kualifikasi luka
1.  Luka terbuka
cedera  jaringan  lunak disertai dengan kerusakan  jaringan  kulit dan bisa disertai  jaringan  dibawah  kulit.  contah  :
luka iris, lecet, tusuk, robek, sobek, amputasi,        remuk.
2.  Luka tertutup
Cedera  jaringan  lunak  tanpa kerusakan  jaringan kulit, yang  rusak hanya  jaringan dibawah kulit.  contah  : memar,
hematoma, remuk.

Jenis Luka Terbuka          Jemis Luka Tertutup
1. Luka Lecet    5. Avulsi (Sobek)       1. Memar
2. Luka sayat / iris  6. Amputasi            2. Hematoma
3. Luka Robek    7. Cedera remuk          3. Cedera remuk
4. Luka Tusuk

Prioritas pertolongan
 Luka  yang  membawa  maut  dalam  waktu  singkat:  luka  dengan  perdarahan  yang  banyak,  luka  daerah  jalan
nafas/rongga mulut dan korban  tidak  sadar,  luka didaerah sangkar dada yang menyebabkan gangguan pernafasan,  serta
luka bakar luas disertai syok.

Perawatan luka terbuka :
1.  Pastikan daerah luka terlihat.
2.  Bersihkan daerah sekitar luka.
3.  Kontrol perdarahan bila ada.
4.  Lakukan penatalaksanaan syok pada luka-luka yang parah.
5.  Cegah kontaminasi lanjut.
6.  Beri penutup luka dan balut.
7.  Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah.
8.  Tenangkan penderita.
9.  Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Perawatan luka tertutup
Khusus untuk memar yang ringan dapat dilakukan pertolongan sbb :
1.  Istirahatkan anggota gerak tersebut.
2.  Berikan  kompres  dingin  (misalnya  kantung  es).  Ini  akan  membantu  mengurangi  pendarahan  dengan  cara
penyempitan pembuluh darah.
3.  Balut tekan. Merupakan prinsip dasar mengendalikan pendarahan.
4.  Bila terjadi pada alat gerak, maka tinggikan lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi pembengkakan. 

PENUTUP LUKA DAN PEMBALUT 
Penutup Luka : bahan yang diletakan tepat diatas luka. 
Fungsi  penutup luka:
1.  membantu mengendalikan perdarahan
2.  mencegah kontaminasi lebih lanjut  
3.  mempercepat penyembuhan
4.  mengurangi nyeri.

Pedoman penutupan luka
-  Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
- Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka.
-  Pemasangan penutup luka harus sedemikian rupa sehingga permukaan penutup luka yang menempel pada bagian luka
tidak terkontaminasi.

Pembalut/ verban : bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka

Pembalutan/ verbandeli : proses membalut luka, yaitu menutupi luka dengan pembalut. 

Fungsi pembalut
1.  Penekanan untuk menghentikan perdarahan
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya
3. Menjadi penopang untuk bagia tubuh yang cedera 
Macam pembalut
a. Pembalut segitiga (mitella)
  Mitella biasa
  Funda; 
  Platenga
b.  Pembalut Pita/gulung
c. Pembalut Cepat

Macam lipatan pada Mitela
  Lipatan Empat (Lipatan Dasar)
Untuk membalut  luka di kepala, sendi bahu, dada, sendi siku,  seluruh  lengan dan  tangan, gendongan  lengan dan
tangan, jari tangan seluruhnya, telapak tangan,sendi panggul, sendi lutut, luka pada tumit, kaki, dll.
  Lipatan Enam
  Untuk membalut  luka di sisi kepala, pelipis, mata, dagu, sendi bahu, sendi pergelangan  tangan,  luka pada  tangan,
tulang selangka yang patah (pembalut ransel), dan sendi pergelangan kaki.
  Lipatan Delapan
Seperti pada penggunaan lipatan enam dan pengikatan pada pembidaian dan juga pada tandu.

Pedoman Pembalutan
1. Pemasangan pembalut setelah darah berhenti kecuali pada pembalut tekan
2. Jangan terlalu longgar atau kencang
3. Jangan biarkan ujung sisa pembalut terurai
4. Lebih lebar dari besar luka
5. Jangan menutup luka pada ujung jari
6. balut dari arah dasar ke atas mengarah ke arah jantung khusus untuk anggota gerak. 
7. Jangan merubah letak posisi 
8. Kerapihan
9. Setelah dilakukan pembalutan, periksa gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) dengan cara :
a. Gerakan adalah menyruh penderita untuk melakukan gerakan sederhana.
b.  Sensasi adalah pemeriksa melakukan tes rasa raba.
c.  Sirkulasi adalah pemeriksa melakukan pemeriksaan nadi pada bagian distal dari daerah yang dibalut. 



































 

LUKA BAKAR 

Sebab :
  Panas
  Kimia
  Listrik
  Radiasi
PENGGOLONGAN 
Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :
1.  Luka bakar superfisial (derajat satu) 
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis).
Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak

2.  Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)
Meliputi  lapisan paling  luar kulit   yang rusak dan  lapisan dibawahnya  terganggu. Luka bakar  jenis  ini paling sakit  ,
ditandai  dengan  gelembung-gelembung  pada  kulit  berisi  cairan,  bengkak,  kulti  kemerahan  atau  putih,  lembab  dan
rusak.
3.  Luka bakar derajat tiga
Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam. Luka bakar ini paling berat dan
ditandai  dengan  kulit  biasanya  kering,  pucat  atau  putih,  namun  dapat  juga  gosong  dan  hitam.Dapat  diikuti  dengan
mati rasa karena kerusakan saraf. Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat
tiga tidak menimbulkan nyeri
DERAJAT BERAT LUKA BAKAR 
Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan
lokasinya.
Luka bakar ringan
  Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
  Luka bakar derajat dua kurang dari 15%
  Luka bakar derajat satu kurang dari 50%
Luka bakar sedang
  Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
  Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%
  Luka bakar derajat satu lebih dari 50%
Luka bakar berat
  Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang
  Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
  Luka bakar derajat tiga di atas 10%
  Luka bakar derajat dua lebih dari 30%
  Luka bakar yang disertai cedera alat gerak
  Luka bakar mengelilingi alat gerak
P ENATALAAKSANAAN LUKA BAKAR
Beberapa penyulit pada luka bakar adalah :
1.  Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun. Penanganan kelompok usia
ini biasanya lebih sulit.
2.  Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.
Penatalaksanaan luka bakar
  Keamanan keadaan
  Keamanan penolong dan orang lain
1.  Hentikan proses  luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang  terkena. Bila ada bahan kimia alirkan air  terus
menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit
2.  Buka pakaian dan perhiasan
3.  Lakukan penilaian dini
4.  Berikan pernapasan buatan bila perlu
5.  Tentukan derajat berat dan luas luka bakar
6.  Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya. Bila yang terbakar
adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersendiri
7.  Upayakan penderita senyaman mungkin








 

CEDERA SISTEM OTOT RANGKA

PATAH TULANG ( FRAKTUR)
Patah Tulang :    terputusnya  jaringan    tulang baik sebagian atau seluruhnya. Cedera dapat  terjadi sbb.  :gaya  langsung  , 
gaya tidak langsung, gaya puntir 
Gejala danTandanya
1.perubahan bentuk          6. Memar
2.nyeri dan kaku          7. ujung tulang terlihat
3.pembengkakan          8. sendi terkunci
4.terdengar suara berderik pada daerah yang patah.
5.gangguan peredaran darah dan saraf

Digolongkan menjadi :
 Patah tulang terbuka (berhubungan dengan luka terbuka) 
 Patah tulang tertutup.

CERAI SENDI/URAI SENDI (DISLOKASI)
Dislokasi  :   keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi  atau keluarnya ujung  tulang dari sendinya. Hal  ini disebabkan
karena sendi terenggang melebihi batas normal.
Gejala dan Tanda
terbatas pada daerah sendi.

TERKILIR
Terkilir  sendi  (sprain)  :  robeknya/  terputusnya  jaringan  ikat  sekitar  sendi  karena  sendi  terenggang  melebihi  batas
normal.
Penyebab
Terpeleset dan gerakan yang salah
Gejala  dan Tanda 
  nyeri bengkak, bengkak, nyeri tekan, dan warna kulit merah kebiruan.
Terkilir otot (strain) : robeknya jaringan otot pada bagian tendon karena terenggang melebihi batas normal. 
Penyebab
 gerakan yang tak benar dan biasanya terjadi pada saat berolah raga.
Gejala dan Tanda 
nyeri yang tajam dan mendadak, kejang dan kaku/ kaku otot, bengkak.
Penanganan terkilir
1.  Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagain yang cedera.
2.  Tinggikan daerah yang cedera
3.  Beri kompres dingin, maksimum selama 30 menit, ulangi setiap jam bila perlu.
4.  Balut tekan dan tetap tinggikan.
5.  Bila ragu rawat sebagai patah tulang.
6.  Rujuk ke fasilitas kesehatan.
PEMBIDAIAN 
Pembidaian  :  tindakan  yang  dilakukan  dalam  penanganan  patah  tulang,  dengan  mengkondisikan  luka  agar  tidak
bergerak.
Tujuan Pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran tulang yang patah, baik terbuka maupun tertutup
2. Memberi istirahat pada tulang yang patah
3. Mengurangi rasa nyeri saat evakuasi
4. Mempercepat penyembuhan
5. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar tulang yang patah
6. Mengurangi perdarahan
Macam-macam bidai
1.  Bidai keras
2.  Bidai yang dapat dibentuk
3.  Bidai traksi 
4.  Gendongan/ belat dan bebat
5.  Bidai improvisasi
Pedoman pembidaian
1.Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Bidai diukur sesuai dengan tulang yang patah dan berpasangan
3.  Ikatan jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendor
4.  Bidai dibalut dengan pembalut sebelum dipasang
5.  Ikatan harus cukup jumlahnya mulai dari atas sampai bawah luka
6.  Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai

 

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA 


CEDERA KEPALA
Cedera kepala : semua benturan atau ruda paksa pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan tergangunya fungsi otak
baik ringan maupaun berat.
Penyebab : benturan benda tumpul dengan kepala.
Pembagian Umum
- Cedera kepala sederhana    - patah tulang tengkorak
- cedera otak.
Gejala dan tanda
- Perubahan respon    - gangguan pernafasan    - sakit kepala
- mual & muntah    - gangguan penglihatan    - pupil tidak simetris
- kejang      - perubahan tanda vital    - nyeri disekitar cedera
- luka di kepala    - kehilangan rasa    - periode hilang kesadaran
- postur abnormal.
- memar di belakang telinga/ di sekeliling mata 
Penanganan
1.  Penilaian dini        5. berikan oksigen
2.  baringkan & istrahatkan      6. tutup & balut luka
3.  imobilisasi kepala & leher    7. periksa tanda vital secara berkala
4.  hentikan perdarahan      8. rujuk ke fasilitas kesehatan
CEDERA SPINAL 
Cedera spinal : semua cedera yang berhubungan dengan tulang belakang.
Gejala dan tanda 
- perubahan bentuk pada kepala/ leher /tulang punggung     - kelumpuhan alat gerak
- nyeri pada saat bergerak/ tidak           - mati rasa/ kesemutan
- BAK & BAB tidak terkontrol           - sulit bernafas
- priapismus.
Penanganan
1.  Analisa mekanisme terjadinya cedera  6. pertahankan stabilisasi leher sampai selesai
2.  fiksasi & pasang  neck collar    7. imobilisasi papan spinal  atau alas keras
3.  penilaian dini        8. periksa tanda vital penderita selama perjalanan
4.  beri oksigen        9. rujuk ke rumah sakit
5.  pemeriksaan fisik
CEDERA LEHER 
Gejala dan Tanda
- Luka terbuka/ memar pada daerah leher      - tenggorokan bengkok
- sukar bicara/kehilangan suara/ perubahan suara    - sumbatan jalan nafas
- dapat teraba udara di bawah kulit di sekitar leher.
Penanganan
1.  Penilaian dini
2.  tutup luka terbuka ( dengan tangan, lalu pasang penutup kedap yang dilapisi penutup tebal)
3.  baringkan penderita miring ke kiri
4.  bila ada benda menancap jangan dicabut
5.  rawat syok bila ada
6.  hati-hati ditemukan udara di bawah kulitrujuk ke rumah sakit.
CEDERA DADA 
Gejala dan Tanda Umum
- Sesak napas / sukar bernapas    - Nyeri di daerah cedera
- Nyeri pada saat bernapas      - Gejala lainny sesuai denagn jenis cederanya
Cedera Dada Tertutup : kulit pada daerah dada tidak ikut terbuka.


Penanganan
1.  Lakukan penilaian dini, buka jalan nafas      4. Biarkan pasien pada posisi paling
2. Nilai pernafasannya,berikan oksigen bila perlu        nyaman
3. Hentikan perdarahan          5. Pantau tanda vital
Cedera Dada Terbuka  :  kulit  dada  terbuka  ada  kemungkinan  terjadinya  hubungan  antara  udara  rongga  dada  dengan
udara luar.
Penanganan
1. Lakukan penilaian dini        5. Selanjutnya seperti penanganan pada 
2. Jangan mencabut bila ada benda yang menancap      cedera dada lainnya
3. Tutup luka dengan penutup kedap     6. rawat syok
4. Ingat prinsip luka tusuk        7. rujuk ke RS
 

PEMINDAHAN PENDERITA (EVAKUASI )

Evakuasi : pengangkutan/pemindahan korban/penderita kecelakaan  /bencana dari  tempat  terjadinya kecelakaan/bencana
ke tempat yang lebih aman.
Prinsip Dasar Evakuasi
1.  Jangan dilakukan jika tidak mutlak perlu
2.  Lakukan sesuai dengan teknik yang baik dan benar
3.  Kondisi fisik penolong harus baik dan terlatih
Dasar melakukan pemindahan atau evakuasi korban
  Aman, keamanan korban perlu mendapat perhatian dengan memeriksa dan memelihara secara berkala. 
  Stabil, korban harus tetap stabil terhindar dari goncangan atau gerakan.
  Cepat, korban dipindahkan secepat mungkin dengan tetap menjaga keamanan dan kestabilan selama evakuasi.
  Pengawasan korban, pengawasan selama evakuasi perlu dilakukan secara periodik.
  Pemeliharaan udara agar tetap segar
Tujuan evakuasi
  Menjaga korban senyaman mungkin
  Mencegah korban bertambah parah
  Mencegah penolong cedera atau terkilir
Penggolongan Evakuasi
Berdasarkan masalah keselamatan, dan pengangkatan, pemindahan penderita digolongkan menjadi 2 bagian :
1.  Pemindahan darurat.
Tindakan ini dilakukan bila :
- Ada yang berbahaya langsung yang mengancam penderita.
- Memperoleh jalan masuk atau penderita lainnya.
- Kesulitannya penolong dalam melakukan pertolongan yang sifatnya segera.
Beberapa macam pemindahan darurat :
- menarik dengan selimut       - menggendong
- menarik kemeja / pakaian penderita    - memapah
- menarik dengan kain / bahan lembaran    - menarik dengan merangkak
- menarik dari ketiak / lengan      - menjulang
Contoh keadaan yang memerlukan pemindahan darurat :
-  Kebakaran atau ancaman kebakaran.
-  Ledakan atau ancaman ledakan.
-  Ketidakmanpuan  untuk  melindungi  penderita  dari  bahaya  lain  seperti  bangunan  yang  tidak  stabil,  mobil
terguling, dll.
-  Terpaksa memindahkan penderita untuk mencapai penderita yang lain.
-  Ketika  tindakan  tidak  dapat  dilakukan  karena  lokasi  atau  posisi  penderita.  Seperti  seseorang  yang mengalami
henti napas, henti jantung, RJP harus dilakukan pada posisi terlentang diatas alas yang keras.
Bahaya  terbesar  dalam melakukan  pemindahan  darurat  adalah  kemungkinan membuat  cedera  spinal menjadi  lebih
parah. Berikan perlindungan spinal sebanyak mungkin.

2. Pemindahan biasa.
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap penolong dan penderita, maka penderita dapat dipindahkan bila semuanya
telah siap. Bila ada kecurigaan cedera spinal gunakan bidai leher sebelum dipindahkan.
Pemindahan  biasa  dilakukan  jika  penolong  sudah  melakukan  penilaian  awal  sudah  dilakukan  dengan  lengkap,
denyut nadi dan napas stabil, perdarahan sudah dikendalikan, tidak ada cedera leher, patah tulang sudah diimobillisasi. 
Posisi penderita
Selain  masalah  pemindahan  penderita,  hal  lain  yang  perlu  di  perhatikan  adalah  bagaimana  mengatur  posisi
penderita. Secara umum dapat dikatakan bawah posisi penderita  tergantung dari cedera yang dialami dan keadaan pada
saat itu.
Beberapa pedoman untuk memposisikan penderita :
-  Penderita dengan syok, letakan dalam posisi syok jika tidak ditemokan tanda cedera pada tungkai atas (patah tulang)
dan tulang belakan. Tinggikan tungkai sekitar 20-30 cm
-  Penderita denga gangguan pernapasan, posisikan duduk  atau  setengah duduk. Penderita  ini  umumnya  ingin berada
dalam posisi duduk.
-  Penderita denga nyeri perut, posisikan tidursatu sisi denga tungkai ditekuk.
-  Penderita yang muntah-muntah, posisikan denga nyaman dan awasi jalan napas.
-  Penderita  trauma,  terutama  tersangka  cedera  spinal  harus  seegera  distsbilkan  dan  immobilisasi  denga  papan  spinal
panjang.
-  Penderita  tidak  ada  respon  dan  tidak  ditemukan  atau  tidak  dicurigai  ada  cerera  spinal  atau  cedera  berat  linnya
posisikan miring stabil/pemulihan.
-  Posisi nyaman, bila cedera tidak menggangu.
Posisi terbaik melakukan pemindahan tergantung kondisi saat itu.
Persyaratan evakuasi
Sebelum melakukan pemindahan korban perlu diperhatikan:
- Kondisi bahaya tempat  - kondisi korban 
- Ukuran korban  - kemampuan fisik diri , dll
Korban yang akan dipindahkan harus sudah dalam keadaan siap diangkut, artinya:
  Korban tenang dan keadaan umumnya cukup baik
  Tidak ada gangguan pernafasan
  Pendarahan sudah diatasi dengan baik
  Luka sudah dibalut
  Patah tulang sudah dibidai
MACAM EVAKUASI 
Evakuasi Tanpa Alat
1. Dilakukan Oleh Satu Orang Penolong



























Keterangan:
No 1. Dilakukan Dilakukan  pada korban yang sadar tetapi tidak bisa berjalan sendiri dan tidak mengalami patah tulang
No  2.  Dilakukan  pada  korban  yang  tidak  mampu  berjalan  sendiri  atau  lemas,  korban  sadar  tapi  hanya  mampu
menggantungkan tangannya secara pasif ke leher penolong dan tidak mengalami patah tulang.
No 3. Dilakukan pada korban yang sadar, mampu berjalan, tetapi masih membutuhkan sedikit bantuan dari penolong
No  4. Dilakukan  pada  korban  yang  tidak  sadar,  tanpa  bantuan  orang  lain  dan  biasanya  untuk menolong  korban  yang
terkurung kebakaran dalam gedung.
No 5. Digunakan untuk mengangkut korban/penderita yang sadar tetapi lemah dan tidak ada patah tulang, melalui lintasan
yang sempit (terowongan/gorong-gorong).
No 6. Dilakukan untuk memindahkan korban yang tidak sadar dan tidak mengalami patah tulang.

2. Dilakukan oleh dua penolong












Keterangan :
No 1. Dilakukan pada korban yang sadar, mampu berjalan tetapi membutuhkan sedikit bantuan penolong.
No 2. Digunakan untuk mengangkut korban melewati lorong sempit.
No 3. Dilakukan pada korban yang sadar tetapi lemah, tidak bisa berjalan karena lumpuh atau luka
No  4. Dilakukan  pada  korban  sadar  tapi  sama  sekali  tidak  bisa  berjalan.  Berfungsi  untuk memindahkan  korban  dari
tempat kejadian ke atas tandu atau dari tandu ke tempat tidur RS.
1. Digendong
2. Dibopong
3. Dipapah
4. Dipanggul /
menjulang
5. Rangkak Harimau
6. Menarik (Ruefek)
1. Dipapah
2. Ketiak Lutut
3. Kursi Tandu
4. Lintang Dada 
3. Dilakukan oleh tiga/lebih penolong
Dengan cara lintang dada:
Caranya  sama  dengan  pangangkutan  oleh  dua  penolong,  hanya  bedanya  dilakukan  oleh  tiga  orang  atau  lebih.
Cara  ini  sangat baik untuk  pertolongan  atau mengangkut korban yang menderita patah  tulang. Apabila penolong  ada
empat maka salah satu penolong berhadapan dengan penolong tengah yang bersifat membantu saja. 

Evakuasi dengan alat
1.  Tandu
Jenis-jenis tandu
- Tandu Spinal Panjang    - Tandu Trolly
- Tandu Spinal Pendek    - Tandu Poole & Kanvas
- Tandu Basket      - Tandu Kursi
- Tandu Scoope      - Tandu Lipat
- Tandu Furley
- Tandu Beroda
-Tandu Darurat : tandu yang terbuat dari bahan bambu maupun kayu sebagai alat pengangkutan sederhana. Tandu
darurat memiliki ukuran: 
Panjang   : 225 cm
Lebar    : 60 cm
Panjang tali  : 20 m
Terdiri dari 5 simpul silang dengan 8 simpul jangkar dan 4 simpul pangkal.
  - Tandu Improvisasi :
  Tandu Kemeja / Jaket  Tandu Sarung / Karung  
  Tandu Selimut
2.  Sepeda
3.  Sepeda Motor
4.  Ambulance
5. Mitela

TRANSPORTASI 
Aturan umum untuk setiap alat angkut yang akan digunakan untuk membawa penderita
a.  Penderita dapat terlentang.
b.  Cukup luas penderita dan penolong melakukan tugasnya.
c.  Cukup tinggi sehingga petugas dapat melakukan RJP sambil jalan.
Syarat  diatas  tersebut  hanya  patokan.  Di  lapangan  ada  kemungkinan  tidak  menemukan  kendaraan  yang
memenuhi syarat tersebut diatas. Ini bukan berarti bahwa penderita tidak dapat dibawa, namun perhatian dan penilaian
berkala perlu dilakukan lebih sering
Langkah-langkah mempersiapkan penderita untuk ditransportasi :
1.  Lakukan penilaian berkala, pastikan penderita bernapas dengan baik.
2.  Pastikan tandu yang dipakai terikat dengan baik dalam kendaraan.
3.  Pastikan juga penderita diikat dengan baik diatas tandu. Ada kemungkinan posisi penderita harus diubah dalam
perjalanan.
4.  Bersiaplah menghadapi komplikasi.
5.  Kendorkan pakaian yang mengikat.
6.  Periksa pembalutan.
7.  Periksa pembidaian.
8.  Bawalah keluarga penderita, yang dapat membantu menenangkan penderita. 
9.  Bawalah barang-barang penderita. Dompet misalnya diperlukan karena biasanya berisi identitas penderita.
10. Tenangkan  penderita.  Ini  merupakan  proses  yang  berkelanjutan,  adakalanya  saat  kita  mulai  memindahkan
penderita pada saat itulah penderita mulai merasa cemas dan takut.

Perawatan penderita selama perjalanan
1.  Bila mungkin kabari fasilitas kesehatan yang kita tuju.
2.  Lanjutkan  perawatan  penderita.  Pada  beberapa  keadaan  pertolongan  yang  dilakukan  di  lapangan  hanya
dilakukan  secara cepat, sehingga sebagai penolong pekerjaan  ini harus diselesaikan dalam perjalanan menuju
fasilitas kesehatan.
3.  Cari data tambahan bila penderita respon.
4.  Lakukan penilaian berkala.
5.  Periksa ulang pembalutan dan pembidaian.
6.  Jaga jalan napas agar tetap terbuka (airways).
7.  Bercakaplah dengan penderita bila ia sadar.
8.  Beritahukanlah  kepada  supir  bila  ada  hal-hal  dalam  cara membawanya  yang  dapat mempengaruhi  keadaan
penderita.
9.  Bila terjadi henti jantung maka sebaiknya berhenti dan lakukan RJP. 


 
Memindahkan korban dari usungan ke tempat tidur
1.Tandu  yang  berisi  korban  diturunkan  lebih  kurang  1 meter  dari  tempat  tidur  dengan  posisi  sejajar  dengan  tempat
tidur.
2.Tempat tidur dibereskan terlebih dahulu.
3.Ketua regu segera memberi aba-aba memindahkan korban.
4.Tiga  orang  petugas  segera  berjajar  menghadap  tandu  dengan  posisi  kuat  berada  pada  bagian  kepala/dada.  Satu
petugas menempatkan diri di hadapan petugas tengah.



























































 

INCIDENT COMMAND SYSTEM DAN TRIAGE 


INCIDENT COMMAND SYSTEM (ICS) 
Di sini  tidak  akan dijelaskan  secara  rinci mengenai hal  ini karena bahasan  ini merupakan suatu  topik pelatihan
sendiri. Perlu diketahui oleh penolong  bahwa sistem ini sebenarnya sudah ada dan baku, pelaksanaannya tergantung dari
masing-masing daerah. 
Di  Indonesia  ICS  ini  sering  dikenal  sebagai  POSKO,  yang  tugas  dasarnya  adalah mengatur  penanggulangan
korban  banyak  atau  bencana.  Bagaimana  melakukan  pemilahan  korban,  bagaimana  dan  kemana  korban  di  evakuasi,
menggunakan  apa,  siapa  yang  bertugas  di mana,  kemana  dan  semua  hal  lain  yang  berhubungan  dengan  pengaturan  di
lokasi.
Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian rupa sehingga ada :
☻  Daerah triage : Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.
☻  Daerah  pertolongan  :  Setelah  pasien  ditentukan  triagenya maka  dipindahkan  ke  daerah  penampungan  di mana
pertolongan diberikan.
☻  Daerah transportasi : Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk mengevakuasi para
korban, termasuk pencatatan data pengiriman korban.
☻  Daerah  penampungan  penolong  dan  peralatan  :  Pada  daerah  ini  para  penolong  yang  baru  datang  atau  sudah
bekerja berkumpul, di data dan di atur pembagian kerjanya. Bila kejadiannya besar maka daerah penampungan
juga diperlukan untuk peralatan, barang-barang lainnya.

Peran Penolong Pertama
Sebagai  penolong  kita  harus  mengetahui  sistem  yang  ada,  terutama  apa  yang  harus  dilakukan  pada  fase  awal,  pada
dasarnya penolong harus :
1.  Mendirikan Posko dan komandonya
2.  Menilai keadaan
3.  Meminta bantuan sesuai keperluan
4.  Mulai melakukan triage

Penilaian keadaan
Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang paling penting dilakukan adalah
menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan kepada perorangan. Nilai hal-hal sebagai berikut :
1.  Keadaan
2.  Jumlah penderita
3.  Tindakan khusus
4.  Sumber daya yang kira-kira akan diperlukan
5.  Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi
6.  Berapa banyak sektor yang diperlukan
7.  Wilayah atau areal penampungan
Buat suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan keperluan.
TRIAGE 
Triage berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam dunia medis istilah ini dipergunakan untuk
tindakan pemilahan korban berdasarkan prioritas pertolongan atau transportasinya.
Prinsip utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera atau keadaan yang berat namun
memiliki harapan hidup. 
Salah  satu metode  yang paling  sederhana dan umum digunakan  adalah metode  S.T.A.R.T  atau Simple Triage
and Rapid Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori :
1.  Prioritas 1 – Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaannya seperti gangguan jalan napas,
gangguan pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status mental
2.  Prioritas 2 – Kuning 
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami keadaan  seperti  luka bakar  tanpa
gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera punggung.
3.  Prioritas 3 – Hijau
Merupakan  kelompok  yang  paling  akhir  prioritasnya,  dikenal  juga  sebagai  ‘Walking Wounded”  atau  orang  cedera
yang dapat berjalan sendiri.
4.  Prioritas 0 – Hitam 
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan.
Pelaksanaan  triage  dilakukan  dengan  memberikan  tanda  sesuai  dengan  warna  prioritas.  Tanda  triage  dapat
bervariasi  mulai  dari  suatu  kartu  khusus  sampai  hanya  suatu  ikatan  dengan  bahan  yang  warnanya  sesuai  dengan
prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah ditentukan. Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh
perawatan maka label  lama jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru. 


 
Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T 
Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai berikut :
1.  Kumpulkan semua penderita yang dapat  / mampu berjalan sendiri ke areal yang telah ditentukan, dan beri mereka
label HIJAU.
2.  Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
3.  Pernapasan :
a.  Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH.
b.  Bila penderita  tidak bernapas maka  upayakan membuka  jalan napas dan bersihkan  jalan napas  satu  kali, bila
pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila tidak beri HITAM.
c.  Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler.
4.  Waktu pengisian kapiler :
a.  Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar bila ada.
b.  Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
c.  Bila  penerangan  kurang maka  periksa  nadi  radial  penderita.  Bila  tidak  ada maka  ini  berarti  bahwa  tekanan
darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah menurun.
5.  Pemeriksaan status mental :
a.  Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
b.  Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri MERAH.
c.  Bila mampu beri KUNING.
 
Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir segera lanjutkan ke penderita berikut. 

Bagan Pelaksanaan Triage












































Penderita dapat
berjalan
Penderita
bernapas 
setelah jalan
napas
dibuka
Penderita
bernapas ?
Frekuensi
Pernapasan
Status
mental
perintah
sederhana ?
Waktu
pengisian
kapiler
HIJAU
TIDAK
TIDAK  YA
KUNING
≥ 2
menit
< 2 menit
≥ 30 x  YA
YA
< 30
x
MERA
H
YA
HITAM
TIDAK
TIDAK 

KEDARURATAN MEDIS 


Gejala
- Demam      - rasa haus & lapar yang berlebihan/ rasa aneh pada mulut.
- Pusing      - Nyeri
- Sesak      - Mual, muntah
- BAK berlebihan/ tidak sama sekali

Tanda
- Perubahan status mental (tidak sadar, bingung),  - Perubahan irama jantung
- Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil    - Perubahan irama pernafasan
- Bau khas dari mulut dan hidung       - Perubahan keadaan kulit
- Aktivitas otot tidak normal, misalnya kejang     - Perubahan tekanan darah
- Mual, muntah atau diare




 

0 komentar: